Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Gus Baha: Tidak Ada yang Lebih Mencintai Nabi Seperti Cintanya Orang Indonesia

Avatar photo
28
×

Gus Baha: Tidak Ada yang Lebih Mencintai Nabi Seperti Cintanya Orang Indonesia

Share this article

KH.Bahaudin Nursalim, karib disapa Gus Baha dalam salah satu pengajianya mewanti-wanti bahayanya mengikuti ahli ibadah yang bodoh (tidak dibarengi dengan ilmu). Karena potensi ajaran agama akan diberlakukan secara kaku dengan standar yang berlebihan.

Gus Baha memisalkan bagaimana mereka menerapkan standar shalat harus seperti ini, wiridannya harus lama, bacaanya harus ini, dan terkadang ditambahi tata cara menggelengkan kepala segala.

Menurut Gus Baha, dalam beribadah semestinya tidak perlu memasang standar kesalehan secara berlebihan. Kiranya cukup ditunaikan biasa saja. Sebab masing-masing daripada kita tidak ada yang tahu bagaimana cara umat dalam mencintai Nabi Muhammad Saw.

Baca juga: Gus Baha: Filosofi Teologis Shalawat Sebagai Penjaga Iman

Santri kinasih Mbah Maimoen Zubair ini kemudian mengisahkan cerita masyhur tentang karomah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki (ulama besar Makkah), yang pernah mukasyafah di makam Rasulullah.

Ketika itu Sayyid Alawi Al-Maliki melihat ada satu kelompok shaf awal, lalu beliau bertanya,

“Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”

“Sahabatku.”

Kemudian Sayyid Alawi Al-Maliki mengajukan tanya lagi pada shaf kedua.

“Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”

“Sahabatku.”

Baca juga: Maulid Nabi dan Rahasia di Balik Mahallul Qiyam

Tampak di shaf berikutnya ada kelompok yang lebih besar dengan jumlah yang banyak, Sayyid Alawi Al-Maliki diliputi rasa penasaran dan  kembali bertanya untuk ketiga kalinya.

“Siapakah mereka wahai Rasulullah?”

“Itu orang-orang Indonesia yang mencintai saya,” jawab Rasulullah.

Setelah tersadar, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki akhirnya menyatakan seketika itu juga kecintaanya terhadap orang Indonesia.

Baca juga: Siapa Orang yang Pertama Kali Memperingati Maulid Nabi SAW?

Inilah keistimewaan mahabbah orang Indonesia dalam mencintai Nabinya. Usut punya usut, ternyata ketika bulan maulid tiba, mulai dari orang yang bertato hingga yang tidak sholat saja turut haru bahagia dan ikut maulidan.

Fenomena ini tidak ada di negara-negara lain. Bahkan kiai yang menerima kisah ini tercengang setelah memastikan betul kondisi di lapangan, bahwa orang yang bertato di Indonesia juga ikut merayakan maulid.

Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad.

Kontributor