Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Keistimewaan Seorang Muslim Menurut Syeikh Yusri

Avatar photo
44
×

Keistimewaan Seorang Muslim Menurut Syeikh Yusri

Share this article

Menurut pendapat yang paling rajih (utama), kewajiban
pertama manusia adalah beriman dengan seyakin-yakinnya pada Allah swt. Kewajiban
kedua adalah mengikrarkan keimanan itu.

Sementara pendapat yang tidak dipilih adalah sebaliknya.

Jadi semua manusia itu mukallaf (dibebani atau ditugasi)
dengan ajaran syariat, termasuk orang kafir.

Makanya, dalam fikih kita, dilarang menyuguhkan makanan
pada orang kafir pada siang hari bulan Ramadhan.

Dulu, kalau ada tamu non-Muslim datang bertamu ke rumah kakekku
pada siang bulan Ramadhan, setetes air pun tidak disuguhi. Kakekku berkata,
“Nanti datang malam ya, supaya kami bisa menjamumu.”

Itu karena kakek moyang kita dididik oleh para ulama
al-Azhar.

Jadi, haram hukumnya membuka restoran pada siang hari
Ramadhan sehingga memudahkan orang kafir untuk makan.

Dan harta yang didapat dari penjualannya merupakan harta
haram.

Berarti orang non-Muslim wajib melakukan berbagai
ketaatan yang diwajibkan seperti shalat, puasa dll. Tapi semuanya tidak sah
kecuali dengan niat, dan niat tidak diterima kecuali dari muslim. Mereka mesti
masuk Islam terlebih dulu. Islam membawa keberkahan. Seandainya nonmuslim
berwudhu, sampai air sungai Nil habis pun, wudhunya tetap tidak sah.

Aku mau bercerita sebab kalian suka cerita.

Pada suatu hari 20 tahun lalu, aku dipanggil rumah sakit
jam 10 malam, karena ada pasien yang mengalami pendarahan tiada henti. Sudah
berpuluh kantong darah tapi masih belum bisa diselesaikan.

Pihak rumah sakit menghubungi. Aku pun langsung menuju
rumah sakit dengan cepat, meminta semua pasien di klinik untuk pulang dan datang
keesokan harinya.

Nah, dokter yang menangani adalah seorang Kristen, ahli
di bidangnya, angkatanku, juga lulusan luar negeri. Aku masuk rumah sakit masih
dengan baju dan dasiku. Aku melihat pasien dan menemukan sumber masalah yang
tidak dilihat oleh para tenaga medis yang ada.

Dalam semenit saja darah berhenti mengalir, aku pun meminta
mereka menutup bagian itu.

Sang dokter yang menangani sangat keheranan. “Kami sudah
sekitar 2 jam menangani masalah tapi tidak tahu, kenapa anda bisa begitu?”
tanya dia.

Aku jawab tanpa pikir panjang, “Bukan masalah kehebatan,
karena aku berwudhu saja.”

Dokter itu berkata, “Wah, kalau begitu nanti setiap kali
aku menangani pasien aku akan berwudhu terlebih dahulu.”

Aku menjawab, “Seluruh air sungai Nil tidak cukup
untukmu berwudhu; karena untuk wudhu yang benar, kamu harus niat dan niat tidak
sah kecuali kamu menjadi muslim.”

Sang dokter pun tertawa.

~ Faedah dari Maulana
Syekh Yusri Rusydi al-Hasani hafizhahullah, senin pagi, 22 Februari 2021 M.

Kontributor

  • Hilma Rosyida Ahmad

    Bernama lengkap Ustadzah Dr. Hilma Rasyida Ahmad. Menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Beliau juga salah satu murid Syekh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani asy-Syadzili.