Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Mengenang Kedalaman Cinta Rasulullah kepada Khadijah

Avatar photo
26
×

Mengenang Kedalaman Cinta Rasulullah kepada Khadijah

Share this article

Ulama mendefinisikan arti cinta sebagai sebuah ketergantungan sang pecinta kepada sang kekasihnya. Cinta bukanlah suatu yang terlarang dalam syariat, selama masih dalam koridor aturan agama. Karena cinta adalah: fitrah.

Sirah dan jalan hidup Rasulullah saw. membuktikan akan contoh dan teladan bagi umatnya tuk meraih cinta nan hakiki, yaitu cinta karena Allah swt. Kecintaan yang berdasar atas syari’at bukan hawa dan syahwat. Hakikat cinta yang terjalin antara Rasulullah saw. dan Khadijah.

Khadijah merupakan istri pertama Rasulullah saw. yang sangat beliau cintai. Kecintaan yang sangat dalam kepadanya, hingga kepergiannya pun membuat Rasulullah saw. bersedih, dan menjadi ‘Amu al-Huzn (tahun kesedihan)’ bagi diri Rasulullah saw.

Jika kita telisik kisah cinta yang terjalin antara Rasulullah saw. dengan Khadijah, kita akan temukan kemurnian makna cinta. Cinta yang saling berbalas. 

Membuktikan hal tersebut, awal mula kisah cinta ini dimulai, di mana Khadijah lah yang memulai terlebih dahulu tuk mengungkapkan rasa cintanya. Ketika ia dibuat melayang melihat keindahan akhlak dan kejujuran Nabi Muhammad.

Baca Juga

Pun, sama halnya Rasulullah saw. sangat mencintai sosok istrinya, dengan sedalam-dalam cinta, bahkan cinta tersebut masih terkenang dalam relung hati beliau bahkan setelah kekasihnya itu menghadap Sang Kuasa.

Marilah kita mencoba untuk menyelam ke dalam lautan cinta tersebut dengan menyimak sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Aisyah,

 كان النبي إذا ذكر خديجة أثنى عليها بأحسن الثناء، فغرت يوما فقلت: ما أكثر ما تذكرها حمراء الشدقين، قل أبدلك الله خيرا منها. قال: ما أبدلني الله خيرا منها، وقد آمنت بي إذ كفر بي الناس، وصدقتني أذ كذبني الناس، وآستني بمالها إذ حرمني الناس، ورزقني الله ولدها إذ حرمني أولاد النساء 

“Setiap kali disebut nama ‘Khadijah’ di hadapannya (Rasulullah saw.), Ia selalu memujinya dan meluapkan memori indah bersamanya. 

(Suatu ketika) Aku pun (A’isyah) merasa cemburu dan marah atas hal tersebut, hingga aku berkata, “(Wahai Rasulullah saw.) Untuk apa kau selalu mengingat perempuan Quraisy tua (Khadijah). Sungguh kau telah mendapatkan sosok pengganti yang lebih baik.” (bermaksud dirinya sendiri).

Setelah mendengar ucapan tersebut, sontak Rasulullah saw. pun meluapkan rasa cinta dan memori indah yang terpendam di dalam lubuk hatinya. Kisah cintanya yang ia arungi bersama sosok Syh. Khadijah, dalam ucapnya,

“Sungguh tidak! wahai A’isyah. (Tak ada yang mampu menggantikan sosok Khadijah di hatiku).”

“Ia lah orang yang pertama kali mengimani syariat yang aku bawa, ketika orang-orang masih dalam jurang kekufuran.”

“Ia lah orang yang pertama kali patuh dan mempercayaiku, ketika orang-orang masih mendustakanku.”

“Ia lah sosok yang rela menghabiskan harta, dan menginfakkannya demi perjuanganku, ketika orang-orang memblokade keluarga dan pengikutku.”

“Ia lah sosok ibu dari semua anak-anakku, ketika (Allah swt.) tak mengkaruniakan hal tersebut kepada selainnya.”

Hingga A’isyah pun sadar bahwa keutamaan Khadijah di mata Rasulullah saw. sangatlah mulia. Sebuah cinta yang terjalin erat setelah melalui lika-liku, pahit manisnya kehidupan. 

Sosok istri yang setia menemani Rasulullah saw. ketika kaumnya mencampakkannya. Sosok istri yang menguatkan Rasulullah saw. ketika kaumnya mendustakannya. 

Hingga akhirnya, cinta tersebut masihlah melekat erat di lubuk hati Rasulullah saw. walau raga telah terpisah dengan istri tercinta. 

 جاءت خولة بنت حكيم، فقالت: يا رسول الله كأني أراك قد دخلتك خلة لفقد خديجة، قال: “أجل كانت أم العيال وربة البيت” 

Suatu ketika Khoulah bint Al-Hakim bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Nabi,  sungguh aku melihat raut muka (kesedihan serta kerinduan) yang terpancar dari wajahmu (atas kepergian Khadijah).’ Rasulullah menjawab, ‘Sungguh benar. Dia lah sosok ibu yang sayang terhadap keluarga, dan perawat rumah.’ (H.R Ibn Sa’ad dalam kitab Ath-Thobaqat).

وعنده أيضا من مرسل عبيد بن عمير قال: وجد صلى الله عليه وسلم على خديجة حتى خشي عليه حتى زوج عائشة

Diriwayatkan dari sahabat Ubaid bin U’mair ia bertutur, “Sungguh Rasulullah saw. merasa sangat kehilangan setelah ditinggal wafat oleh istrinya, hingga (rasa tersebut sedikit terkikis) ketika Ia menyunting Syh. A’isyah.” (H.R Ibn Sa’ad dalam kitab Ath-Thobaqat).

Sungguh indah ketika dua insan memadu cinta, melewati susah senangnya kehidupan bersama, dalam bahtera rumah tangga yang halal (pernikahan). 

Sungguhlah kesetiaan dan berpegang teguh atas komitmen telah Rasulullah saw. terapkan dalam rumah tangganya, sebagai contoh dan ibrah bagi umatnya.

Wallahu A’lam bis Showab

Referensi:

1. Hsy. Mawahib Al-Ladunniyah, karya: Al-Imam Adz-Dzarqaniy.
2. Syrh. Shohih Muslim, karya: Al-Imam Syaraf Ad-Diin An-Nawawi.
3. Syrh. As-Sunnah, karya: Al-Imam Al-Baghowi.

Kontributor

  • Muhammad Fahmi Salim

    Alumni S1 Univ. Imam Syafii, kota Mukalla, Hadramaut, Yaman. Sekarang aktif mengajar di Pesantren Nurul Ulum dan Pesantren Al-Quran As-Sa'idiyah di Malang, Jawa Timur. Penulis bisa dihubungi melalui IG: @muhammadfahmi_salim