Tokoh

Ibnu Rusyd, Ulama Fikih Yang Ahli Filsafat dari Kordoba

10 Oct 2021 03:50 WIB
1859
.
Ibnu Rusyd, Ulama Fikih Yang Ahli Filsafat dari Kordoba Patung Ibnu Rusyd atau Averroes di kota Kordoba Spanyol.

Nama lengkap beserta gelarnya adalah Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd atau biasa dipanggil Ibnu Rusyd atau Averroes.  

Panggilan Averroes sendiri berasal dari nama kakeknya. Ibnu Rusyd lahir pada 1126 M. di kota Kordoba, Andalus yang sekarang dikenal dengan spanyol.

Beliau berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang intelektual yang baik. Ayah dari kakek Ibnu Rusyd adalah seorang hakim di Kordoba. Lingkungan keluarga inilah yang kemudian membuat dia menjadi pribadi yang sangat mencintai ilmu pengetahuan.

Ibnu Rusyd dikenal dengan gigih dalam mencari llmu. Beliau lebih terfokus kepada hal-hal yang berkaitan dengan agama dan syariat.

Konsentrasi belajar Ibnu Rusyd dalam bidang agama dibuktikan dengan banyaknya karangan beliau dalam bidang fikih. Di antaranya adalah kitab al- Da’awi, Mukhtashar al-Mustashfa fil-Ushul, Al-Dars al-Kamil fi al-Fiqh, Risalatun fi al-Dlahaya, al-Kharaj dan Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid. Kitab terakhir ini merupakan karya Ibnu Ruyd yang paling terkenal sekaligus paling berkualitas jika dibandingkan dengan kitab-kitab fikihnya yang lain.

Kitab Bidayatul Mujtahid selesai ditulis pada tahun 1188 H. ketika Ibnu Rusyd masih menjabat Hakim Agung di Kardoba. Kitab ini memuat pandangan dan argumentasi seluruh aliran fikih, baik mereka yang beraliran tekstualis (Ahl Hadits) maupun yang beraliran rasionalis (Ahl Ra’yu) sejak zaman sahabat hingga abad ke-11 H.

Baca juga: Leopold Weiss, Jurnalis Yahudi yang Memperoleh Hidayah

Tidak hanya semangat dalam belajar ilmu agama, Ibnu Rusyd juga gigih dalam mendalami disiplin ilmu lainnya seperti ilmu filsafat. Tidak berbeda dengan al-Farabi, namanya juga terkenal dalam bidang filsafat. Kegemarannya pada filsafat mengantarkannya menjadi filsuf terkenal tahun 700 H/1200 M.

Ibnu Rusyd juga aktif mengomentari karya Aristoteles. Hal ini yang kemudian mempengaruhi munculnya aliran Averoisme yang cukup berpengaruh di kalangan ilmuwan di Eropa pada saat itu.

Beliau tidak hanya semata-mata memberi komentar, tetapi juga menambahkan pandangannya sendiri, suatu hal yang belum pernah di lakukan oleh filsuf sebelumnya. Selain mengkaji karya Aristoteles, beliau juga mengkaji dan mengomentari karya-karya filosof lainnya seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah dan al-Ghazali.

Popularitas Ibnu Ruyd memuncak pada masa Khalifah Abu Ya’qub Yusuf bin Abdul Mun’im, khalifah kedua Dinasti Muwahidun. Kedudukannya begitu agung di sisi khalifah. Reputasinya meningkat setelah Abu Yusuf Ya’qub al-Mansur menjadi khalifah ketiga menggantikan ayahnya. Sayangnya tak begitu lama. Timbul kecurigaan terhadap Ibnu Rusyd dan akidahnya.

Ini merupakan rentetan awal dari fitnah dan hukuman buang baginya. Ibnu Rusyd dipenjara di kota Alisana/Lucana, tempat pembuangan orang orang yang akidah serta pemikirannya menggangu negara.

Tidak hanya itu pemerintah kala itu membakar banyak sekali buku-buku yang ia tulis dan masyarakat dilarang mempelajari selain yang bersifat pengetahuan murni seperti kedokteran, matematika dan astronomi. Kemudian ia diasingkan ke Marrakesh.

Ia meninggal dan dimakamkan di Marrakesh. Tiga bulan kemudian jenazahnya dipindahkan ke Kordoba. Keranda dan sisa-sisa bukunya diangkut di kiri-kanan punggung seekor keledai.

Sepeninggal Ibnu Rusyd, tidak ada lagi filsuf Muslim di dunia Sunni khususnya di bagian Barat wilayah Islam.

Ibnu Rusyd meninggal dengan membawa ciri khasnya sebagai seorang ahli fikih yang paling menonjol dalam usahanya mencari persesuaian antara filsafat dan syariat.

Abdul Malik Salim Rahmatullah
Abdul Malik Salim Rahmatullah / 1 Artikel

Ketua Perwakilan Nahdlatul Wathan Mesir. Pendiri Syekh Zainuddin Institute. Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: