Artikel

Kekurangan Bukan Alasan Berhenti Belajar

13 Mar 2021 07:32 WIB
2194
.
Kekurangan Bukan Alasan Berhenti Belajar

Banyak dari kita sering mengeluhkan sulitnya belajar, terutama dalam ilmu agama. Merasa kesulitan menghapal, kesulitan memahami, dll. Tak jarang hal tersebut membuat sebagian kita berpikir bahwa ia terlalu banyak kekurangan, terlalu bodoh dsb. Padahal apabila kita merenungkan kembali, sebenarnya kita tidak banyak kekurangan sama sekali dibandingkan orang lain.

Syeikh Jalaluddin al-Mahalli (w. 864 H) misalkan, ia adalah seorang tokoh besar dalam mazhab Syafi'i. Ia murid Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) penulis Fath al-Bari penjelasan Shahih al-Bukhari. Ia banyak memiliki sumbangsih besar di berbagai macam disiplin keilmuan; sebut saja dalam ilmu tafsir ia menyumbang Tafsir al-Jalalain. Dalam ilmu fikih, ia menulis Kanz ar-Raghibin penjelasan Minhaj ath-Thalibin-nya Imam Nawawi (w. 676 H). Dalam ilmu ushul fikih beliau punya penjelasan terhadap Jam' al-Jawami'-nya Imam Subki (w. 771 H), dan juga syarah terhadap kitab al-Waraqat-nya Imam Haramain (w. 478 H).

Merupakan hal yang menarik ketika az-Zarkali (w. 1396 H) menulis biografi beliau dengan mendeskripsikan bahwa:

ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻳﻘﺪﺭ ﻋﻠﻰ اﻟﺤﻔﻆ: ﺣﻔﻆ ﻣﺮﺓ ﻛﺮاﺳﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺾ اﻟﻜﺘﺐ ﻓﺎﻣﺘﻸ ﺑﺪﻧﻪ ﺣﺮاﺭﺓ

"(Jalaluddin al-Mahalli) adalah orang yang tidak mampu menghafal, pernah suatu ketika beliau menghafal catatan dari beberapa buku dan suhu panas tubuhnya langsung naik." (al-A’lam, Dar al-Ilm, juz 5, hlm. 333-334)

Artinya imam besar yang punya banyak sumbangsih dalam disiplin keilmuan ini ternyata punya kekurangan di bidang menghafal. Tubuhnya akan kepanasan dan sakit apabila dipaksa untuk menghafal. Tapi ternyata hal tersebut bukanlah suatu alasan untuk berhenti berkarya. Terbukti sampai sekarang, kedudukan beliau dalam dunia keilmuan Islam tidak diragukan lagi.

Syeikh Sulaiman al-Jamal (w. 1204 H) tidak berbeda jauh dengan tokoh di atas. Dia merupakan tokoh besar dalam madzhab Syafi'i. Dia murid dari Grand Syeikh al-Azhar ke-8; Syeikh Muhammad al-Hifni (w. 1181 H).

Syeikh Sulaiman al-Jamal memiliki banyak sumbangsih terhadap khazanah keilmuan Islam. Sebut saja dalam ilmu tafsir beliau menulis al-Futuhat al-Ilahiyyah; penjelasan Tafsir al-Jalalain. Dalam ilmu fikih beliau menulis Futuhat al-Wahhab, hasyiah terhadap syarh Manhaj ath-Thullab tulisan Syeikhul Islam Zakaria al-Anshari (w. 926 H).

Syeikh Abdul Hayy al-Kattani (w. 1382 H) ketika menuliskan biografi beliau, menukil dari Ibnu Abdissalam an-Nashiri (w. 1329 H):

ﻫﺬا اﻟﺮﺟﻞ ﺁﻳﺔ اﻟﻠﻪ اﻟﻜﺒﺮﻯ ﻓﻲ ﺧﻠﻘﻪ ﻣﻊ ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻣﻴﺎ ﻻ ﻳﺤﺴﺐ ﻭﻻ ﻳﻜﺘﺐ ﺑﻞ ﻭﻻ ﻳﻄﺎﻟﻊ، ﻭﺩﺃﺑﻪ ﺃﻥ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﻤﻦ ﻳﻄﺎﻟﻊ ﻟﻪ ﺣﺼﺘﻪ ﻓﻲ ﺳﺎﺋﺮ ﻣﺎ ﻳﺮﻳﺪ ﺗﺪﺭﻳﺴﻪ ﻣﻦ اﻟﻔﻨﻮﻥ، ﻓﻴﺴﺮﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻳﺤﻔﻆ ﻫﻮ ﺟﻤﻴﻊ ﺫﻟﻚ

"(Syeikh Sulaiman Jamal) adalah tanda kebesaran Allah yang agung pada ciptaan-Nya, padahal dia adalah seorang yang ummi; tidak bisa menghitung, tidak bisa menulis, bahkan tidak bisa membaca, ia selalu memerintahkan orang untuk membacakan untuknya bagian yang akan ia ajarkan dari setiap disiplin cabang ilmu, maka ia pun menghafal semuanya." (Fihris al-Faharis, Beirut: Dar al-Gharb al-Islamiy, juz 1, hlm. 300).

Dari penjelasan di atas kita bisa memahami bagaimana seseorang yang punya kekurangan yang sangat fatal di bidang keilmuan, yaitu tidak bisa membaca dan menulis, akan tetapi kekurangannya tidak menghambatnya untuk memperkaya pengetahuannya. Bahkan menjadi tokoh besar dalam madzhab Syafi'i yang karangannya dijadikan rujukan dalam memutuskan hukum.

Apabila dibandingkan, tentu kebanyakan dari kita punya modal yang lebih banyak untuk menerima ilmu, baik hafalan, maupun kemampuan membaca dan menulis. Maka dua tokoh ini–yang pertama tidak bisa menghapal namun bisa membaca dan menulis, lalu ia berjuang dengan kemampuan baca tulisnya, dan yang kedua tidak bisa menulis dan membaca, namun bisa menghafal, lalu ia berjuang dengan hafalannya–merupakan gambaran nyata, bahwa terkadang bukan bekal Tuhan yang kurang pada diri kita, tapi kita yang memang terlalu malas!

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua. Amin!


Yusuf Suhada
Yusuf Suhada / 10 Artikel

Pernah mengenyam pendidikan di Daarul Rahman KH. Syukron Ma'mun, dan Gus Faiz Syukron Ma'mun, dan menamatkan sekolah di Yayasan al-Badar Tangerang. Kemudian pesantren salafi Ath-Thahiriyah di Banten asuhan almarhum Abah TB. Hasuri Thahir. Sekarang kuliah di Universitas Al-Azhar Mesir.

FemyPully
17 August 2024
I recall one time at an egg retrieval about to go under anesthesia he even held my hand <a href=http://cialis.lat/discover-the-best-prices-for-cialis>cialis 5mg best price</a> 36, 421 427 2018

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: