Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah Para Ulama Menghormati Kepakaran Satu Sama Lain

Avatar photo
37
×

Kisah Para Ulama Menghormati Kepakaran Satu Sama Lain

Share this article

Saat Imam Izzuddin bin Abdussalam datang di Kairo, Syeikhul Madrasah al-Kamiliyah al-Hafizh al-Mundziri (penulis al-Targhib wat Tarhib) enggan berfatwa. Bagi beliau, setelah adanya Sulthanul Ulama maka otoritas fatwa langsung pindah ke tangannya.

Waktu masih di Damaskus, Syekh Ibn Abdissalam itu mengajar hadis, dan ketika tiba di Kairo beliau enggan lagi mengajar hadis tapi justru ikut bersila untuk belajar di majelis al-Hafizh al-Mundziri. Kalau ada permasalahan pelik soal hadis beliau akan bertanya pada al-Hafizh. Ini soal tahu diri. Tahu posisi.

Di Mesir, kepakaran masih dipegang erat. Banyak Masyayikh enggan bicara di luar kapasitasnya. Senior NU Mesir, Dr. Ahmad Ikhwani, pernah cerita secara langsung pada penulis bahwa saat konsultasi disertasi, jika tanya fiqh hadis pada Syekh Ma’bad [pakar ilal] akan dioper bertanya langsung pada Syekh Mustafa Abu Imarah [pakar fiqh hadis], dan juga sebaliknya.

Betapa masing-masing memiliki sisi paling dalam. Sisi paling ia ketahui. Jika semua berbicara di wilayah yang betul-betul dikuasai, tak ada istilah matinya kepakaran. Tak ada kekacauan publik yang dipantik oleh informasi pengetahuan.

Yang paling mengejutkan lagi adalah cerita Prof. Quraish Shihab saat di KBRI Kairo antara tahun 2018 dan 2019 lau. Beliau cerita soal kepakaran dan saling tahu diri yang sangat dijunjung tinggi di Al-Azhar. Dan itu masih betul-betul dijalankan oleh masyayikh dan para dosen. Salah satu contoh faktual waktu itu adalah uswah dari Grand Syekh al-Azhar Ahmad Attayeb yang terjadi pada pendiri Pusat Studi Al-Quran Jakarta itu.

Saat kunjungan di Universitas Muhammadiyah Jogja, Imam Besar al-Azhar Ahmat Athayyib hendak naik ke panggung. Sebelum naik, beliau mendekati Prof. Quraish, “Maulana saya mohon izin, nanti di panggung insyaallah saya akan menjelaskan beberapa ayat.”

Prof. Quraish terperanjat. Orang nomor satu di Al-Azhar minta izin menafsirkan sebagian ayat pada beliau. Jelas karena memang tafsir adalah domain penulis Tafsir al-Misbah itu, dan latar belakang Prof. Ahmad Attayeb akidah filsafat.

Grand Syeikh Azhar menghormati wilayah orang lain, kendati beliau amat sangat layak di wilayah yang sama. “Syuf (coba lihat), beliau itu Syeikhul azhar. Beliau punya kelayakan di sana, tapi beliau tetap menghormati wilayah keilmuan. Sebenarnya beliau tak perlu minta izin pada saya.” ujar murid Syekh Abdul Halim Mahmud itu.

“Di Indonesia hal ini telah mati di banyak benak para pelajar dan ulamanya,” tegas pelajar Al-Azhar angkatan 60-an itu. Pelajar dianggap menguasi banyak ilmu. Ulama dianggap memiliki jawaban tiap masalah. Lalu, pelajar dan ulama tersebut menganggap dirinya punya segalanya. Banyak yang lupa bahwa Imam Malik, punggawa madrasah ahlil hadis di Madinah itu menjawab “tidak tahu” pada 36 soal dari 40 pertanyaan yang dibawa oleh orang Maghrib yang berminggu dan berbulan via darat ke Madinah minta pencerahan masalah.

Abu Hurairah diam ketika Sayyidah Aisyah menyanggah hadis yang ia sitir soal al-ma’u minal ma’” sebab beliau tahu meski itu hukum umum, tetap saja itu domain privat di mana Sayyidah Aisyah lebih tahu dan riwayatnya dalam hal ini tentu lebih kuat.

Gamaleya, 12 Nov 2021

Kontributor

  • Alfan Khumaidi

    Alumni Blokagung yang kini berdomisili di Mesir. Meminati kajian keislaman dan aktif di PCI NU Mesir.