Tokoh

Nizam, Wanita Misterius dalam Diwan Ibnu Arabi

26 Aug 2021 03:57 WIB
2017
.
Nizam, Wanita Misterius dalam Diwan Ibnu Arabi Ibnu Arabi dan Nizam dalam sebuah lukisan.

 Para salik dan pembelajar syair Arab pasti sangat akrab dengan nama Ibnu Arabi. Beliau salah seorang sufi yang banyak memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia islam, khususnya dalam bidang tasawuf.

Meski pemikiran luasnya masyhur dalam cabang ilmu tasawuf, Ibnu Arabi tercatat pernah belajar ilmu Al-Qur’an hingga qiroat sab’ah dari selusin guru terkemuka pada zamannya, sebut saja Abu Muhammad Abdullah Al Bazari.

Ibnu Arabi juga seorang penyair ulung. Salah satu karya monumentalnya yakni Fushush Al-Hikam, berisi tentang kisah kebijaksanaan para nabi yang dipungkasi dengan hikmah kebijaksanaan paling puncak di alam semesta milik Rasulullah SAW.

Karya lain Ibnu Arabi yang tak kalah populernya adalah Diwan Tarjuman Al-Ashwaq. Kitab tersebut merupakan hasil tulisan sastrawi beliau. Konon, kitab ini disebut-sebut sebagai kitab milik sufi kelahiran Spanyol yang paling susah dicerna dan dikaji, sebab keunikan pilihan kata dan kandungan metafora yang kaya di dalamnya.

Menariknya, banyak yang tidak tahu jika di dalam kitab tersebut, Ibnu Arabi mengabadikan seorang wanita agung yang ia temui tatkala di Tanah Haram.

Wanita agung itu bernama Nizam, julukannya ‘Ain Syams yang bermakna “Mata Sang Mentari”. Perempuan itu adalah putri dari seorang tokoh terkemuka Syaikh, Abi Syuja’ Zahir Al-Ashfahani.

Ibnu Arabi bertemu dengan Nizam pada kali pertama tahun 598 H ketika beliau baru menginjakkan kaki di Makkah usai safar dari Maroko.

Di dalam Tarjuman Al-Ashwaq, Ibnu Arabi menggambarkan karakter dan kecerdasan Nizam dengan begitu indah. Kata-kata yang digunakan beliau meliuk-liuk dan penuh kedalaman, seolah menyiratkan betapa besar kekaguman beliau terhadap wanita satu ini.

Tuqayyidun nadhar (ia mengikat pandangan orang-orang),” begitu tulis beliau dalam Diwan-nya.

Tazînul mahadhir (ia menghias siapa saja yang hadir),” lanjutnya, “wa tuhayyirul manadhir (dan ia mampu mengacaukan pandangan).”

Selain memberi gambaran sosok Nizam dengan begitu sastrawi, Ibnu Arabi juga memuji ketaatan dan keanggunan akal Nizam lewat kata-katanya berikut:

من العابدات العالمات السابحات الزاهدات شيخة الحرمين، وتربية البلد الأمين الاعظم بلا مّيْن، ساحرة الطرف

“Nizam adalah perempuan yang rajin beribadah, wanita yang cerdas, ia tenggelam (dalam pemikiran-pemikirannya), wanita yang penuh kezuhudan, seorang guru di Haramain. Ia mendidik negeri yang aman lagi agung (Makkah) tanpa kedustaan, ia mampu menyihir hingga ke tempat paling ujung.”

Uniknya, Ibnu Arabi tidak alpa menulis kemampuan wicara Nizam dengan pilihan kosa kata yang sungguh menggelitik. Beliau ingin memberi gambaran sempurna sosok Nizam tanpa mengurangi sifat alami wanitanya, juga tanpa melukai karakter kuatnya.

إن أسهبت أتعبت، وان أوجزت أعجزت، وان أفصحت أوضحت

“Bila ia berbicara panjang lebar, ia akan kelelahan. Namun, bila ia mengatakannya secara ringkas, ia tak mampu. Tatkala ia berbicara dengan kefasihan, ia akan memperjelasnya.”

Ayah Nizam adalah seorang yang terkemuka di Makkah pada waktu itu. Ibnu Arabi bahkan menjadikan Syaikh Abi Syuja’ sebagai salah satu sebab beliau menulis Tarjuman Al-Ashwaq:

إنى لما نزلت مكة سنة خمسمائة وثمان وتسعين، ألفيت بها جماعة من الفضلاء، وعصابة من الأكابر الأدباء والصلحاء بين رجال ونساء، ولم أر فيهم مع فضلهم مشغولا بنفسه، مشغوفا فيما بين يومه وأمسه، مثل الشيخ العالم الإمام، بمقام إبراهيم، نزيل مكة البلد الأمين مكين الدين أبى شجاع زاهر بن رستم بن أبى الرجا الأصفهاني

“Ketika aku berada di Makkah tahun 598 H, aku bertemu banyak tokoh-tokoh terkemuka, aku berkumpul bersama para pembesar, penyair dan orang-orang salih dari kaum lelaki dan wanita. Tidak sedikit pun aku melihat mereka sibuk dengan diri mereka sendiri, sebaliknya yang kutemui justru jiwa dedikasi yang menghiasi hari-hari mereka. Salah satu contohnya adalah Syaikh Al-Amin Abi Syuja’ Zahir Ibnu Rastm Ibnu Abi Ar-Raja Al-Ashfahani.”

Sebagaimana keluarga terdidik lainnya, Nizam tumbuh dalam asuhan langsung ayahnya, tak heran bila ia banyak mewarisi kedalaman ilmu sang ayah.

Ibnu Arabi tahu persis wasiat sang Rasul bahwa salah satu alasan wanita dinikahi adalah karena nasab dan agamanya, maka poin inilah yang sekiranya sanggup membuat beliau tak ragu meminang Nizam. Dikisahkan pula usai menikah dengannya, Nizamlah yang banyak mempengaruhi kehidupan spiritual Ibnu Arabi.

Itulah Nizam, Mata Sang Mentari, putri dari Syaikh Makkah Al-Amin. Perempuan anggun akal lagi taat, kecantikannya memancar lewat adabnya, tuturnya santun nan indah. Siapa sangka, perempuan Makkah ini menjadi sumber inspirasi utama Ibnu Arabi dalam menulis Diwan-nya, Tarjuman Al Ashwaq.

Rosti Hanifa Salsabila
Rosti Hanifa Salsabila / 20 Artikel

Akrab dipanggil Elsa. Gadis asal Demak penikmat soto, alumni Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta dan kini sedang nyantri di Al-Azhar Kairo. Cinta sejarah dan lumayan terpikat dengan astronomi.

Yopi
10 January 2022
Bagus kisahnya sya baru tahu tentang sosok nizam
Yopi
10 January 2022
Bagus kisahnya sya baru tahu tentang sosok nizam

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: