Artikel
Syekh Ali Jum’ah: Dalam Masyarakat Majemuk, Umat Islam Jangan Menutup Diri
Sebagai warga negara Indonesia yang hidup dalam kemajemukan, terkadang sebagian dari kita hidup di masyarakat yang tidak hanya terdiri dari komunitas muslim saja, namun ada juga yang nonmuslim. Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita dalam berinteraksi sosial dengan mereka yang nonmuslim? Tentunya yang sesuai dengan tuntunan Islam.
Syekh Ali Jum’ah menjelaskan bahwa umat Islam dituntut untuk ikut berpartisipasi, bekerjasama dan saling tolong-menolong dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan prinsip ini berlaku seandainya ada sebagian warga yang tidak beragama Islam.
“Kaum muslimin tidak boleh menjadi kelompok yang tertutup dan membatasi diri dari hubungan interaksi sosial dengan sesama anggota masyarakat, agar tidak menjadi warga yang dikucilkan,” terang Mufti Mesir periode 2003-2013 itu di video dalam laman resmi Facebooknya.
Allah SWT berfirman:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Menurut Al-Kawasyi, ayat ini turun berkaitan dengan rukhsah (keringanan) dalam hal menjalin hubungan dengan orang-orang yang tidak memusuhi dan tidak memerangi orang-orang mukmin.
Baca juga: Syekh Ali Jum’ah: Bolehkah Seorang Santri Terjun ke Dunia Politik?
Lebih lanjut, Syeikh Ali Jum’ah menambahkan bahwa dalam Tarikh Baghdad, Ad-Daruquthni menceritakan kalau Abdun bin Sha’id, salah seorang menteri yang beragama Nashrani pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mu’tadhid, suatu ketika bertemu dengan Al-Qadhi Ismail. Dirinya disambut dengan hangat oleh sang qadhi.
Lalu terlihat ada gestur pengingkaran dan penyangkalan dari orang-orang yang menghadiri pertemuan tersebut.
Kemudian Al-Qadhi Ismail berkata, “Aku mengetahui sikap ingkar dan sangkalan kalian.” Kemudian ia membacakan ayat dari surat Al-Mumtahanah di atas, dan menyampaikan bahwa orang ini (Abdun) adalah seorang pegawai pemerintahan yang turut serta dalam memenuhi kebutuhan orang-orang muslim dan merupakan orang yang baik. Lalu orang-orang terdiam mendengar penjelasan tersebut.
“Inilah contoh teladan yang diajarkan oleh Islam dalam urusan berinteraksi dengan sesama manusia agar tercipta kedamaian dalam hidup berdampingan,” papar anggota Dewan Ulama Senior Al-Azhar itu.
Baca juga: Ingin Belajar Agama, Tapi Tak Memiliki Guru
Pada awal masa Islam, orang-orang muslim berhijrah ke Habasyah demi menyelamatkan diri dari penindasan orang-orang musyrik Makkah. Mereka (umat Islam) dipersilahkan oleh Raja Najasyi untuk tetap tinggal, berbaur, berinteraksi, bermuamalah, dengan masyarakat Habasyah. Mereka juga mendapatkan jaminan keamanan di sana.
Dalam salah satu riwayat diceritakan, orang-orang muslim di Habasyah juga ikut membantu Raja Najasyi dalam memerangi musuh-musuh yang mencoba mengganggu masyarakat Habasyah.
Video-video ceramah Syekh Ali Jum’ah dengan terjemah bahasa Indonesia dapat disaksikan di sini.
Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.
Baca Juga
Hati-hati jika berbasa-basi
06 Oct 2024