Syekh Husam Ramadan pernah menceritakan bahwa Maulana Syekh Mustafa Imran termasuk salah satu ulama al-Azhar yang tidak merasa gembira sama sekali dengan murid banyak dan jumlah orang yang hadir di pengajiannya.
Maulana al-Mutakallim al-Kabir wal-Adib al-Adzim Prof. Dr. Syekh Mustafa Imran adalah seorang ulama aqliyat yang mencetak banyak ulama luar biasa. Di antara muridnya adalah Grand Syekh al-Azhar Prof Dr. Ahmad Tayyib, Dr. Usamah Sayyid al-Azhari, Dr. Jamal Faruq, Syekh Husam Ramadan, Syekh Fauzi Konate.
Syekh Jamal Faruq dalam maqro’ah dan halaqah al-Qur’annya setiap hari Jumat selalu menyebut nama beliau di setiap doanya.
Mengajar di Ruwaq Al-Magharibah
Suatu hari, Syekh Mustafa Imran masuk Ruwaq al-Magharibah di Masjid al-Azhar. Beliau mendapati di dalamnya penuh dengan pelajar yang ingin mengaji kepadanya.
Kemudian beliau berkata, “Terima kasih, terima kasih, kalian datang karena untuk menghormatiku, dan mendapatkan keberkahanku.”
Kemudian mereka menjawab: “Yaa Maulana, kami datang untuk belajar.”
Akhirnya beliau duduk dan mulai membaca kitab. Beliau berkata, “Jika jumlah yang hadir minggu depan tetap sebanyak ini maka saya tidak akan menjelaskan pelajaran ilmu mantiq, mungkin saya akan berbicara tentang nasihat, pesan-pesan motivasi, atau yang lainnya, tapi untuk mantiq tidak. Bagaimana mungkin saya menjelaskan mantiq sedangkan jumlah yang hadir sebanyak ini.”
Saat beliau datang di pertemuan kedua minggu depannya, didapati hanya ada satu orang yang hadir. Kemudian beliau berkata, “Alhamdulillah, kalau begitu sekarang saya akan menjelaskan pelajaran mantik.”
Baca juga:
Syekh Husam melanjutkan, di lain kesempatan ada seorang laki-laki asal Sha’id (wilayah selatan Mesir) yang terlihat rambutnya sudah beruban. Ditanya oleh Syekh, “Ada perlu apa kamu datang ke sini?”
Laki-laki Sha’id itu menjawab, “Saya bermaksud ingin belajar ilmu mantik.”
Syekh Mustafa menjawab, “Bagaimana mungkin belajar mantik, sedangkan umurmu sudah tua, kamu tidak menetap di al-Azhar, dan bukan golongan orang yang belajar ilmu syariat.”
“Apakah kamu seorang Syekh (guru) yang mengajarkan ilmu mantik?”, orang itu bertanya.
“Iya,” jawab Syekh Mustafa ringan.
“Saya tetap akan belajar mantik, dan saya akan belajar mantik kepadamu.” tegas, orang Sha’id itu.
“Oke, saya akan mengajarimu ilmu mantik sampai kamu paham.”
Beliau istiqomah mengajarinya, walaupun hanya dengan beberapa gelintir orang yang hadir. Hingga pada suatu hari orang Sha’id itu tidak lagi hadir, serta tidak ada kabar yang datang darinya, namun Syekh Mustafa selalu menanyakan keberadaannya di setiap dars pengajian.
Ya, seperti itulah beliau, sebagaimana pesannya kepada Syekh Husam untuk tidak sembarangan memberikan ilmu. Namun ketika sudah ridha kepada seorang murid, beliau akan istiqomah bersamanya, telaten mengajarinya, dan bahkan mencari-carinya.
Bahkan, sebelum akhirnya mengajar di Masjid al-Azhar, beliau pernah berkali-kali diminta dan dielu-elukan banyak pelajar untuk mengajar di Masjid al-Azhar. Namun, susah sekali beliau mengiyakannya.
Beliau mengatakan,”Sekarang tidak ada murid yang ikhlas mencari ilmu, generasi baru lebih banyak yang hanya berorientasi kepada ‘yang penting ikut ujian lalu dapat ijazah’.”
Mimpi Didatangi Rasulullah saat Mengajar
Pernah ada seseorang yang tidak kenal Syekh Musthafa bahkan belum pernah mendengar namanya, orang tersebut berasal dari kalangan Ahlul Bait Nabi. Dia bermimpi melihat Rasulullah masuk Masjid al-Azhar dan melewati Ruwaq al-Atrak yang di sana ada seorang syekh yang sedang membaca kitab hadits al-Muwatha’ dengan murid banyak. (Memang syekh dalam mimpi tersebut punya jadwal dars membaca kitab hadits al-Muwatha’ di Masjid al-Azhar dan tepatnya di Ruwaq al-Atrak sebagaimana yang ada di mimpi). Namun, Rasulullah hanya melewati dan meninggalkannya.
Setelah itu, Rasulullah melewati Ruwaq al-Magharibah yang di sana ada Syekh Musthafa bersama sebagian muridnya yang sedang duduk dan wajah mereka semuanya menghadap kiblat.
Rasulullah masuk dan mendatanginya serta meletakkan tangannya yang mulia di atas bahu Syekh Mustafa sembri mengatakan, “Bacalah, wahai Mustafa, bacalah, kamu adalah orang yang tertolong!”
Setelah terbangun dari tidur, orang tersebut segera mencari tahu tentang sosok Syekh Mustafa yang dimimpikan dalam tidurnya itu. Dia pergi mencari dan akhirnya bertemu, kemudian menceritakan apa yang terjadi dalam mimpinya kepada beliau.
Syekh Mustafa menangis. Tidak ada yang mengetahui takwil mimpi tersebut. Syekh Husam mengatakan, “Tidak ada yang mengetahui takwil mimpi itu kecuali saya saja, alhamdulillah.”
Syekh Mustafa Imran wafat pada 7 November 2013 lalu. Beliau menulis beberapa kitab di antaranya Hasyiyah ‘ala al-Iqtishad fi al-II’tiqad (PDF) dan Tuhfah al-Murid fi an-Nazhr wa at-Taqlid (PDF). Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan. Lahul Fatihah.
Baca tulisan menarik lainnya tentang ulama al-Azhar di sini.