Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Tafsir Syekh Sya’rawi surat al-Baqarah 185, Ramadhan bulan diturunkan al-Quran

Avatar photo
33
×

Tafsir Syekh Sya’rawi surat al-Baqarah 185, Ramadhan bulan diturunkan al-Quran

Share this article

Berikut ini adalah teks, terjemahan, dan kutipan tafsir Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, tentang turunnya al-Quran pada bulan Ramadhan dalam al-Baqarah ayat 185, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan untuk membedakan antara yang benar dan yang batil.

Al-Quran sebagaimana jamak diketahui, merupakan mukjizat paling agung dan mulia yang diterima Rasulullah. Bukti keagungan al-Quran itu karena terusmenerus dan tidak pernah punah dan usang di tengah perubahan zaman dan peradaban. Ia tetap menjadi sumber hidayah paling valid dan otoritatif.

Dan, yang tidak kalah menarik untuk diketahui bersama, adalah bahwa al-Quran diturunkan oleh Allah SWT, bertepatan dengan bulan Ramadhan. Hal itu sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 185, Allah berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Tafsir Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi

Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab Tafsir wa Khawathiru Al-Quran al-Karim mengatakan, ayat ini menjadi bukti yang sangat jelas bahwa al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan, yaitu bulan diwajibkannya puasa bagi semua umat Islam—yang telah memenuhi syarat dan rukun-rukunnya.

Al-Quran datang sebagai sebuah alternatif untuk mendapatkan hidayah dari Allah dan puasa menjadi salah satu penyebab dari tidak makan. Dengan demikian, dalam Ramdhan sendiri terdapat dua pelajaran yang sangat penting, yaitu: (1) pendidikan jasmani, berupa puasa; dan (2) pendidikan ruhani, berupa al-Quran.

Skema turunnya al-Quran

Ada yang lebih penting untuk dipahami menurut Syekh Sya’rawi, perihal kata “anzala” yang ada pada ayat di atas. Menurutnya, kata “anzala” berbeda dengan kata “nazzala” atau pun “nazala”. Perbedaannya, jika anzala, memiliki arti yang menurunkan adalah Allah, seperti ayat Inna anzalna-hu fi lailatil qadr (Sungguh Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam qadar. Sedangkan kata “nazzala” dihubungkan dengan malaikat, dan kata “nazala” dihubungkan dengan ar-Ruhul Amin, yaitu malaikat Jibril.

Dengan demikian, Allah menurunkan al-Quran dari lauhul mahfudz secara menyeluruh ke langit dunia, untuk disampaikan kepada manusia, bahwa yang diturunkannya adalah sesuatu yang sangat mulia dan penting untuk dipelajari. Selanjutnya, Dia menurunkannya dengan berangsur-angsur (bertahap) dari langit dunia kepada Rasulullah, sesuai dengan kebutuhan saat itu.

Kenapa diturunkan secara bertahap?

Syekh Sya’rawi menjelaskan bahwa terdapat hikmah yang sangat besar di balik diturunkannya Al-Quran secara bertahap, dari langit dunia kepada Rasulullah, dan disesuaikan dengan kebutuhan umat Islam saat itu.

Menurut pakar tafsir kontemporer asal Al-Azhar Mesir itu, agar hukum yang ditetapkan al-Quran sesuai dengan kebutuhan manusia. Jika sesuai kebutuhan, akan lebih gampang diingat, bahkan tidak mudah lupa dengannya.

Oleh karenanya, Allah tidak menurunkan al-Quran pada Nabi Muhammad secara langsung, agar ia dan umatnya bisa menerima ajaran al-Quran secara perlahan-lahan dan bisa langsung mengingat dan menghafalnya. Andaikan, Allah menurunkannya secara menyeluruh, maka bisa jadi umat Islam tidak akan mampu menjalankan semuanya, dan juga sulit untuk mengajarkan isi dan kandungan di dalamnya. Hal itu sebagaimana firman Allah dalam ayat yang lain, yaitu:

وَقَالَ الذين كَفَرُواْ لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ القرآن جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً

“Dan orang-orang kafir berkata, ‘Mengapa al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar).” (QS Al-Furqan: 32)

Dengan demikian, menurut ulama Mesir yang memiliki gelar Imam ad-Du’ah itu, diturunkannya al-Quran secara bertahap agar hati Rasulullah dan umatnya bisa menjalankan perintah ayat yang diturunkan saat itu dengan senang hati. Ketika sudah terbiasa, Allah menurunkan ayat lain yang berhubungan dengan keadaan saat itu. Wallahu a’lam bisshawab.

Kontributor

  • Sunnatullah

    Pegiat Bahtsul Masail dan Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Madura.