Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Empat Rukun Syarat Tasawuf Menurut Ibnu Ajibah

Avatar photo
24
×

Empat Rukun Syarat Tasawuf Menurut Ibnu Ajibah

Share this article

Tasawuf sebagai suatu disiplin ilmu dan ajaran memiliki posisi yang fundamental dalam tradisi Islam. Hal ini jelas terlihat dalam sejarah keilmuan dan tradisi Islam sepanjang sejarah.

Banyak pakar berpendapat bahwa ilmu tasawuf adalah representasi dari salah satu rukun Agama yaitu Ihsan yang tertuang dalam hadits Jibril setelah Islam dan Iman.

Buku-buku terkait ilmu tasawuf juga banyak bertebaran mulai dari yang paling ringkas, menengah sampai panjang. Namun demikian ajaran tasawuf tetap perlu untuk didekatkan dan dipahamkan kepada seluruh masyarakat Islam.

Baca juga: Hierarki Shalawat Nabi Saw dalam Pandangan Ibnu Ajibah

Tantangan yang dihadapi tasawuf semakin beragam dan bertambah seiring berjalanya waktu. Oleh karenanya, terkait tasawuf para ulama selalu terus menulis dan menyebarkan dengan segala cara mulai dari ringksan, penjelasan, pendekatan dan yang lainya.

Ketika membaca tafsir Ibnu Ajibah, penulis menemukan tentang rukun syarat tasawuf yang ditawarkan oleh beliau. Hemat penulis rukun syarat tasawuf tersebut bisa menyederhanakan lautan luas tasawuf sebagai suatu ajaran.

Kenapa kemudian rukun syarat? Dikarenakan di satu tempat, Ibnu Ajibah membahasakannya dengan rukun dan ditempat yang lain dengan istilah syarat dalam kitab tafsir yang sama. Padahal secara istilah rukun syarat adalah  dua hal yang berbeda. Sehingga mungkin bisa dibahasakan yang dimaksud Ibnu ‘Ajibah adalah empat inti dari tasawuf.

Apa saja inti tasawuf menurut Ibnu Ajibah? Belau menyampaikan terkait hal ini di beberapa tempat dalam kitab tafsirnya. Salah satunya adalah dalam syarah surat al-Hujurat ayat 11. Ibnu Ajibah berkata:

شروط التصوُّف أربعة: كف الأذى، وحمل الجفا، وشهود الصفا، ورميُ الدنيا بالقفا

1. Kaffu al-Adza (كف الأذي)

Yaitu menjaga diri dari mengganggu orang lain. Mulai dari keluarga, teman, tetangga dan seluruh makhluk yang lain. Dan ini menurut Ibnu Ajibah adalah langkah awal dalam bertasawuf.

Gangguan sendiri memiliki banyak sifat mulai dari perkataan dan perbuatan. Dengan demikian, rukun pertama ini menunjukkan bahwa orang yang bertasawuf akan menggaransikan rasa aman dari gangguan dirinya kepada semua makhluk yang ada di sekitarnya.

2. Hamlu al-Jafa ( حمل الجفا )

Yaitu menanggung dan bersabar terhadap gangguan dan kesalahan orang lain terhadap dirinya.

Hal ini menunjukan bahwa prinsip “saya baik terhadap orang yang berlaku baik kepada saya” tidak berlaku dalam tasawuf.

Seorang sufi adalah dia yang bersabar dan tetap baik terhadap orang sekitar yang mengganggunya. Sifat yang demikian adalah tantangan yang sulit dan butuh proses pada hati, pikiran dan laku.

3. Syuhud as-Shofa ( شهود الصفا )

Yaitu bahwa tasawuf adalah memandang dengan pandangan ta’dzim (penghormatan) dan mengagungkan terhadap semua yang diciptakan Allah Swt.

Dalam memandang makhluk, ia tidak memandang penampakan lahiriah, akan tetapi ia juga memandang dari sisi penciptanya yang maha suci dan agung.

Maka bagi seorang yang bertasawuf pantang merendahkan orang lain yang akan menyebabkannya tertolak dari pintu Allah Swt.

4. Romyu Dunya bil Qofa (رمي الدنيا بالقفا )

Seseorang yang bertasawuf dalam hidupnya di dunia tidak mengorientasikan seluruh waktu, tenaga dan tujuan hidupnya kepada dunia.

Seorang sufi adalah dia yang mendasari seluruh gerak lakunya dengan dasar bahwa dunia adalah jalan bukan tujuan.

Empat hal di atas adalah rukun syarat tasawuf menurut Ahmad Ibnu Ajibah. Seorang alim  sufi dari Maghrib (Maroko) dengan karya yang luar biasa yang hidup pada abad 17 M.

Selain Al-Bahr Al-Madid karya tafsir yang fenomenal, Ibnu Ajibah memiliki syarah Hikam yang fenomenal dengan judul Iqodzul humam fi Syarh al-Hikam.

Referensi : Al-Bahr al-Madid fi Tafsir al-Qur’an al-Majid.

Baca tulisan menarik lainnya tentang tasawuf di sini.

Kontributor

  • Choirul Anam Muhammad

    Alumni Imam Syafi’i College Mukalla-Yaman, mahasiswa aktif pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Twitter : anamchoirul_9