Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Masyhad Kepala Mulia Sayyidina Husein dalam Tutur Sejarahwan dan Arkeolog

Avatar photo
33
×

Masyhad Kepala Mulia Sayyidina Husein dalam Tutur Sejarahwan dan Arkeolog

Share this article

Para sejarawan dan penulis biografi—selain golongan pendakwa manhaj salaf—sepakat bahwa tubuh mulia Sayyidina Husein ra. dimakamkan di tempat beliau terbunuh di Karbala.

Kepala Sayyidina Husein yang mulia, diarak keliling oleh orang-orang hingga akhirnya menetap di Asqalan, wilayah pesisir Palestina di kawasan laut mediterania dekat Mesir dan Baitul Maqdis.

Keberadaan kepala Sayyidina Husein di Asqalan dan pemindahannya ke Mesir dikuatkan oleh mayoritas sejarawan dan peneliti. Di antaranya adalah Ibnu Muyassar, Al-Qalqasyandi, Ali bin Abu Bakar yang masyhur dengan panggilan As-Saih Al-Harawi, Ibnu Iyyas, Sibth Ibnu Al-Jauzi.

Termasuk orang yang berpendapat bahwa kepala mulia Sayyidina Husein dimakamkan di Kairo adalah sejarawan besar bernama Utsman Madukh. Dia mengatakan, “Sesungguhnya kepala mulia Sayyidina Husein memiliki tiga pembaringan (Masyhad) yang diziarahi. Yaitu Masyhad Damaskus (pertama kali kepala ini dimakamkan), lalu Masyhad Asqalan di kawasan laut mediterania setelah dipindahkan dari Damaskus, kemudian berpindah ke Masyhad Kairo Mesir di daerah antara Khan Khalili dan Masjid Al-Azhar.”

Sejarahwan Al-Maqrizi mengatakan, “Kepala mulia Sayyidina Husein dipindahkan dari Asqalan ke Kairo pada 8 Jumadil Akhir 548 H. Selama setahun masih terkubur di istana Az-Zamrud, hingga dibangun sebuah tempat khusus berkubah yang merupakan Masyhad sekarang ini, pada tahun 549 H.”

Kesaksian Dr. Al-Huseini Hasyim

Syaikh Al-Huseini Hasyim, Wakil Al-Azhar dan Sekretaris Jenderal Majma’ Al-Buhuts Al-Azhar mengomentari apa yang disusupkan oleh para penyalin atas kitab Imam Suyuthi yang berjudul Haqiqah As-Sunnah wa Al-Bid’ah.

Beliau menyimpulkan, “Keberadaan kepala mulia Sayyidina Husein di Mesir dipastikan dan dikonfirmasi oleh sebagian besar sejarawan. Seperti Ibnu Iyyas dalam kitabnya, Al-Qalqasyandi dalam kitabnya Shubh Al-A’sya, dan Al-Maqrizi yang membuat satu bab tersendiri dalam kitabnya Al-Mawa’izh wa Al-I’tibar, hlm. 427, 428, dan 430.

“Ini diperkuat oleh riwayat Ibnu Muyassar, yang mengatakan bahwa Al-Afdhal putra panglima tentara Badr Al-Jamali adalah orang yang membawa kepala Sayyidina Husein di dadanya dari Asqalan. Dia berjalan kaki hingga tiba di Mesir pada Ahad 8 Jumadil Akhir 548 H. Kepala beliau disemayamkan di tempatnya di istana Az-Zamrud pada hari Selasa 10 Jumadil Akhir 548 H dekat pintu gerbang kubah Ad-Dailam, Masyhadnya ini yang dikenal sekarang sebagai masjid yang penuh berkah. Demikian pula dengan pendapat As-Sakhawi yang memastikan riwayat mengenai pemindahan kepala Sayyidina Husein ke Mesir.”

Pendapat Arkeolog Terpercaya

Prof. Athiyyah Asy-Syathwi, peneliti purbakala yang terpercaya dan pengawas utama renovasi kubah mulia pada masa sekarang, menegaskan bahwa dukumen-dokumen otoritas purbakala mengonfirmasi bahwa kepala Sayyidina Husein ra. dipindahkan dari Asqalan ke Kairo—sebagaimana yang dikatakan Al-Maqrizi—pada Ahad 8 Jumadil Akhir 548 H bertepatan pada 31 Agustus 1153 M.

Orang yang membawa kepala dari Asqalan adalah Amir Saif, gubernur Kerajaan Tamim. Dia tiba di istana pada hari Selasa 10 Jumadil Akhir tahun 548 H bertepatan pada 2 September 1153 M.

Al-Maqrizi menambahkan, “Kepala tersebut dibawa dalam sebuah ‘Asyari (kapal yang berlayar di sungai Nil) dan berlabuh di Al-Kafuri (sebuah taman), kemudian dibawa ke ruang bawah tanah istana Az-Zamrud, kemudian dimakamkan di gerbang kubah Ad-Dailam (makam sekarang ini).

Pembangunan Menara di Gerbang Masyhad

Pada masa Dinasti Ayyubiyah, Abu Al-Qasim bin Yahya bin Nashir yang masyhur dengan panggilan Az-Zarzur, membangun sebuah menara di gerbang Masyhad tersebut pada tahun 634 H (1236 M). Menara itu penuh dengan hiasan lukisan dan ukiran indah yang menjulang di atas gerbang Al-Ahdhar. Namun sebagian besar menara telah hancur dan hanya menyisakan pondasi persegi dan yang ada sekarang ini adalah hasil renovasi.

Masyhad ini pernah terbakar pada masa pemerintahan seorang raja yang shalih, Najmuddin Ayyub pada 640 H. Lalu direnovasi dan diperluas oleh Al-Qadhi Abdur Rahim Al-Bisani serta dilengkapi dengan saluran air dan tempat berwudhu. Sebagian peneliti sejarah mengatakan bahwa yang membakar Masyhad tersebut adalah orang-orang Yahudi Mesir.

Perluasan dan penambahan fasilitas ini berlanjut hingga Amir (Katkhuda) yang mengerjakan banyak perbaikan. Pada tahun 1175 H, ia kembali membangun masjid, tempat persediaan air dan kran, serta dua aula besar hingga tahun 1206 H.

Ketika Sultan Abdul Aziz datang ke Mesir pada tahun 1279 H dan berziarah ke makam Sayyidina Husein, Khudawi (Gubernur) Ismail Pasha memerintahkan untuk merekonstruksi menjadi bentuk yang lebih sempurna dan indah. Pembangunan ini menghabiskan waktu sepuluh tahun dan selesai pada tahun 1290 H. Adapun menara yang terletak di barat daya masjid, selesai dibangun pada tahun 1295 H, selain menara Ayyubiyah yang berada di tenggara masjid.

Diambil dari kitab Maraqid Ahli al-Bait fi al-Qahirah, karya Muhammad Zaki Ibrahim. 

Baca tulisan menarik lainnya tentang Sayyidina Husein di sini.

Kontributor

  • Arif Khoiruddin

    Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.