Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

KH. Syarfuddin Abdus Shomad, Kiai Kampung Berjuluk Hamba Ilmu

Avatar photo
33
×

KH. Syarfuddin Abdus Shomad, Kiai Kampung Berjuluk Hamba Ilmu

Share this article

Tubuhnya tak terlalu tinggi bahkan cenderung kecil. Kulitnya kuning langsat dan usianya sudah sepuh. Walau begitu, tatapan mata sangat tajam dan tenaganya masih kuat seperti sedia kala. Penampilan sederhana dan santun, namun tetap bersahaja. Baju kokoh berwarna putih tak pernah lepas dari tubuhnya. Kepiawaian dan kedalaman ilmu di bidang agama tak seorang pun meragukan. Hari-harinya diwarnai dengan aktivitas bermanfaat buat umat, seperti mengajar dan membimbing para santri-santrinya. Juga mengayomi umat.

Dialah KH Syarfuddin Abdus Shomad. Lahir di Kangean Sumenep Madura pada 23 Jumadil Akhir 1346 H. bertepatan dengan 14 Juni 1925 M. Beliau berasal dari keluarga kiai kampung. Silsilahnya adalah KH Syarfuddin ibn KH Abdus Shomad ibn Kiai Dawud ibn Kiai Damsyiah ibn Kiai Abdul Bari (Ju’aji). Dari sini jelas bahwa Kiai Syarfuddin adalah keturunan kiai atau ulama yang cukup berpengaruh, terutama di Arjasa Lao’ dan Duko Lao’ (dusun Kiai Syarfuddin tinggal).

Bagi masyarakat Arjasa Lao’-Duko Lao’, Kiai Syarfuddin dikenal sosok kiai, ulama, dan pendidik yang toleran sekaligus panutan/teladan dalam segala aspek. Juga dikenal sebagai bagian penting dalam penyebaran agama Islam di awal tahun 1960-an. Kontribusinya begitu besar terhadap tegaknya Islam Ahlussunnah Waljamaah, terutama di pulau-pulau terpencil di Kabupaten Sumenep Madura. Dan inisiator berdirinya Pondok Pesantren Zainul Huda, Arjasa Sumenep Madura yang terpisah dari surau yang didirikan ayahandanya (KH Abdus Shomad).

Baca juga: Biografi KH. Maimun Zubair Sarang Rembang

Kini, pesantren yang diinisiasi oleh Kiai Syarfuddin tersebut telah berdiri sejumlah lembaga pendidikan, seperti Raudhatul Athfal (TK), Madrasah Diniyah Takmiliyah mulai dari tingkat bawah hingga atas, Madrasah Ibtida’iyah, SMPI Zainul Huda, dan SMAI Zainul Huda. Karena usia Kiai Syarfuddin sudah sepuh, 97 tahun, maka pengelolaan lembaga pendidikan pesantren sudah didelegasikan kepada anak, menantu, cucu, dan para alumnus Pondok Pesantren Zainul Huda yang sudah kembali dari studi di Jawa.

Pembelajar Sepanjang Masa

Namun yang menarik dari KH Syarfuddin Abdus Shomad, walaupun usianya sudah sepuh mungkin tidak ada yang lebih sepuh dari beliau di desanya. Adalah girah Kiai Syarfuddin akan ilmu pengetahuan tak pernah surut. Semangat ini tampaknya beliau warisi dari ayahandanya. Konon, masyarakat Arjasa Lao’ dan Duko Lao’ mengenal Kiai Abdus Shomad sebagai kiai yang istiqomah (konsisten) dalam belajar. Bahkan hingga akhir hayatnya. Kitab-kitab yang dikunyahnya meliputi kitab fiqh, hadis, tasawuf, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan Kiai Syarfuddin.

Sebagai putra kiai, adalah wajar jika Kiai Syarfuddin mewarisi kebiasaan-kebiasaan keluarganya. Masa kecil Kiai Syarfuddin dihabiskan untuk belajar kepada ayahandanya, selain mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (dulu disebut Sekolah Rakyat). Dibawa bimbingan ayahnya, Syarfuddin kecil belajar Al-Quran, ilmu Tajwid, kitab al-Jurumiyah, Safinah al-Najah, dan Sullam al-Taufiq. Di samping belajar ilmu-ilmu umum. Walau begitu, Syarfuddin merasa tidak puas hanya belajar di desa. Menginjak usia dewasa, ia melanjutkan studinya ke Pesantren Annuqoyah Guluk-Guluk Sumenep Madura. Di pesantren inilah, Syarfuddin muda banyak belajar tentang ilmu-ilmu keislaman pada kiai-kiai Guluk-Guluk.

Karena kondisi perekonomian tidak stabil seperti sekarang sehingga mengganggu suasana belajar di pesantren, maka akhir tahun 1943 Syarfuddin memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Meski terbilang sebentar berada di pesantren ini, tetapi kedalaman ilmu agama yang dimilikinya tak bisa diragukan. Kealimannya sudah masyhur di kalangan masyarakat, terutama di Kangean Sumenep sendiri. Tak heran jika beliau dijadikan rujukan masyarakat di kampungnya dalam segala aspek. Baik menyangkut persoalan agama, persengketaan maupun urusan remeh-temeh masyarakat; pertanian dan lain-lain.

Dari saking alimnya, konon Kiai Syarfuddin pernah diskusi seputar persoalan fiqh selama kurang lebih tiga hari tiga malam dengan KH Abdul Adhim-seorang kiai asal Gowa-Gowa Raas Sumenep, lulusan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur, kemudian menetap di pulau Kangean Sumenep, yang kealimannya juga tak seorang pun meragukan. Alhasil, Kiai Abdul Adhim mengakui akan kealiman Kiai Syarfuddin.

Sementara itu, yang tak kala menariknya adalah konsistensi Kiai Syarfuddin dalam menuntut ilmu melekat hingga usianya sudah sepuh (97 tahun). Hari-harinya beliau selalu habiskan untuk belajar. Kiai Syarfuddin, tampaknya mengamalkan betul akan hadis Nabi, yaitu “Tuntutlah ilmu mulai dari sejak lahir hingga akhir hayat (ajal menjemput). Karena itu, tidak berlebihan jika Kiai Syarfuddin dijuluki sebagai “hamba ilmu” (orang yang selalu haus akan ilmu). Mengingat, hampir seluruh waktunya tersita untuk belajar.

Baca juga: Anregurutta Kali Sidenreng, Ulama Kharismatik dari Sulawesi Selatan

Juga, kitab-kitab yang beliau pelajari (baca) beragam judul. Mulai dari kitab fiqh seperti, Safinah al-Najah, Sullam al-Taufiq, Fathul Qorib, Bidayatul Hidayah, Fathul Mu’in, I’anah al-Thalibin, Kifayatul Akhyar, dan lainnya, hingga kitab-kitab Hadits dan tasawuf seperti, Riyadhus Shalihin, Shahih Bukhari, Irsyadul Ibad, Kifayatul Atqiya, Ihya Ulumuddin, dan lain-lain, tak lepas dari bahan bacaan sehari-harinya, tentu selain bacaan amalan-amalan.

Demikian, kisah perjalanan KH Syarfuddin Abdus Shomad yang patut diteladani oleh generasi muda setelahnya. Dari perjalanan beliau ini bisa diambil hikmah, bahwa usia bukanlah alasan bagi seseorang untuk tidak belajar. Apalagi masih di bawah usia beliau. Juga, dalam belajar tidak ada istilah terlambat. Kapan pun kita harus tetap belajar hingga ajal menjemput. Semoga beliau selalu diberikan kesehatan oleh Allah dan berada dalam lindungan-Nya. Amin. Wallahu A’lam

Kontributor

  • Saidun Fiddaraini

    Alumnus Ma'had Aly PP Nurul Jadid, Paiton, kini mengajar di PP Zainul Huda, Arjasa Sumenep. Juga penikmat kajian keislaman dan filsafat.