Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Esai

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

Avatar photo
30
×

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

Share this article

Pada bulan Agustus, bangsa Indonesia kembali
memperingati hari kemerdekaannya yang ke-76. Ketika kita membuka kembali
lembaran-lembaran sejarah bangsa ini, maka kita akan menemukan jejak Islam di
setiap lembarannya. Ya, jejak perjuangan kaum muslimin dan para ulama yang
menentang penindasan dan mengagungkan nama Islam. 

Bahkan perjuangan kemerdekaan tersebut telah ada
jauh sebelum terbayangnya sebuah komunitas bernama Indonesia. Jadi jelas, bahwa
kemerdekaan yang hingga saat ini kita rasakan dan hari ini kita peringati,
adalah berkat rahmat Allah. Oleh sebab itu semua harus mensyukuri berkah atau
nikmat Allah ini dengan sebaik-baiknya.

Kata syukur berasal dari bahasa Arab, diambil dari
kata “syukron” yang berarti terima kasih. Dalam terminologi syariat, syukur
atau bersyukur adalah kewajiban seorang muslim terhadap Allah, atas segala
nikmat yang diberikan-Nya, sebagaimana ditegaskan dalam kutipan ayat di awal
tulisan ini. 

Mengucapkan kata syukur ini sangat mudah, tetapi
dalam prakteknya sulit. Sebab bersyukur adalah melaksanakan segala perintah
Allah, dan meninggalkan segala larangannya, serta menggunakan nikmat yang
diberikan Allah itu untuk fi sabilillah (di jalan Allah).

Kenyataanya sulit mencari orang bersyukur. Mereka
yang diberi amanah untuk menyelenggarakan negara juga banyak yang tidak
bersyukur. Mereka masih senang mengerjakan yang dilarang Allah, dan
meninggalkan yang diperintah-Nya. 

Tantangan terbesar bangsa ini adalah dari internal
kita sendiri. Bangsa yang kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia, tetapi
rakyatnya masih belum hidup sejahtera. Sikap dan perilaku koruptif telah
merajalela, mulai dari elit hingga rakyat jelata. Suap-menyuap telah menjadi
budaya, sehingga mental bangsa menjadi rusak. Ini tantangan serius yang
dihadapi bangsa ini. Para pejabat masih banyak yang korupsi, menyalahgunakan
jabatan dan melanggar hukum. Padahal Allah telah mengingatkan kita dalam
firman-Nya:

“Apabila datang pertolongan Allah
berupa kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuanmu, dan mohonlah ampun
kepadaNya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.”

(QS. An-Nashr 1-4)

Sebab turun (asbabun nuzul) surat ini
adalah ketika Rasulullah menaklukkan kota kelahirannya yang sudah lama
ditinggalkan. Waktu itu Rasulullah bersama panglima perangnya Khalid bin Walid
berhasil menggempur pasukan kafir Quraisy, dan memperoleh kemenangan yang
gilang gemilang. Waktu itu orang berbondong-bondong masuk Islam, yang dulunya
membenci Nabi.

Rasulullah SAW merasa gembira menyaksikan
kenyataan itu. Pada waktu itu turunlah ayat dari Surah An Nashr itu, guna
mengingatkan Rasulullah dan umat Islam, agar mereka mensyukuri nikmat
kemenangan itu dan jangan lupa dengan Allah SWT.

Mensyukuri kemerdekaan adalah dengan mengisinya
melalui pembangunan dan kemakmuran. 
Allah SWT mengingatkan kepada kita yang hidup saat ini agar jangan
sampai mewariskan generasi yang lemah, yang tidak sejahtera hidupnya.
Sebagaimana dahulu para pejuang kemerdekaan RI mewariskan kemerdekaan kepada kita.

Cara pertama yang bisa dilakukan untuk menyambut
hari kemerdekaan ini adalah mensyukuri secara sungguh-sungguh dan sepenuh hati
atas anugerah keamanan atas agama dan negara kita dari belenggu penjajahan yang
menyengsarakan. Sebab, nikmat agung setelah iman adalah aman. 

Lalu, bagaimana cara kita mensyukuri kemerdekaan
ini? Pertama, mengisi kemerdekaan selama ini dengan meningkatkan ketakwaan
kepada Allah. Umat Islam Indonesia harus mensyukurinya dengan senantiasa
mendekatkan diri kepada Sang Khaliq dan berbuat baik kepada sesama. Perlombaan
yang paling bagus di momen ini adalah perlombaan menjadi pribadi paling takwa
karena di situlah kemuliaan dapat diraih.  

Yang kedua, mencintai negeri ini dengan
memperhatikan berbagai kemaslahatan dan kemudaratan bagi eksistensinya. Segala
upaya yang memberikan manfaat bagi rakyat luas kita dukung, sementara yang
merugikan masyarakat banyak kita tolak. Sebaliknya, mencegah mudarat berarti
menjauhkan bangsa ini dari berbagai marabahaya, seperti bencana, korupsi, kriminalitas,
dan lain sebagainya. 

Inilah pengejawantahan dari sikap amar ma’ruf
nahi munkar
dalam pengertian yang luas. Ajakan kebaikan dan pengingkaran
terhadap kemungkaran dipraktikkan dalam konteks pembangunan masyarakat.
Tujuannya, menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, adil, dan sejahtera.  

Al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihya’
‘Ulumid Din
, mengatakan, “Kekuasaan (negara) dan agama merupakan dua
saudara kembar. Agama adalah landasan, sedangkan kekuasaan adalah pemelihara.
Sesuatu tanpa landasan akan roboh. Sedangkan sesuatu tanpa pemelihara akan
lenyap.” 

Pernyataan Al-Ghazali ini seolah ingin menegaskan
bahwa ada hubungan simbiosis yang tak terpisahkan antara agama dan negara.
Alih-alih bertentangan, keduanya justru hadir dalam keadaan saling menopang.
Negara membutuhkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam agama, sementara
agama memerlukan “rumah” yang mampu merawat keberlangsungannya secara aman dan
damai. 

Kita bersyukur dasar negara kita senafas dengan
substansi ajaran Islam.  Mensyukuri
kemerdekaan adalah mensyukurinya dengan lisan-lisan kita, dalam bentuk kalimat
tahmid, berterima kasih dan menyebut jasa serta mendoakan para pahlawan, semoga
amalnya diterima Allah SWT. Menyebut jasa baik tersebut juga menjadi bagian
dari syukur kita kepada Allah SWT. 

Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang tidak
berterima kasih kepada manusia, berarti tidak bersyukur kepada Allah.”
(HR.
Abu Daud, dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

Mensyukuri kemerdekaan adalah dengan mengisi masa
kemerdekaan dengan amalan yang disyariatkan Allah SWT, dalam berbangsa dan
bernegara, bukan mengisinya dengan kemaksiatan. Dengan tegas Allah SWT telah
memberi arahan kepada bangsa ini bagaimana seharusnya mengisi kemerdekaan dan
mensyukuri nikmat kepemimpinan. 

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 41, 

“(Yaitu) orang-orang yang jika kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

Kalimat “kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi” dapat berarti
suatu bentuk kemerdekaan dari penjajahan.

Mari kita syukuri kemerdekaan ini dengan
mempertahankan keutuhan jati diri bangsa ini dengan nilai-nilai Islam yang tinggi
dan cinta kepada negeri ini. Dengan itu, kita akan mampu meraih kejayaan dan
meneruskan sejarah bangsa ini menjadi sebuah “baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafuur”
yaitu sebuah negara dan bangsa yang meraih maghfirah (ampunan),
kesejahteraan dan kedamaian.

Kontributor