Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Gus Baha: Nikmatnya Menjadi Umat Nabi Muhammad

Avatar photo
27
×

Gus Baha: Nikmatnya Menjadi Umat Nabi Muhammad

Share this article

Menjadi umat Nabi Muhammad Saw merupakan anugerah yang tiada tanding dan nikmat yang tiada terkira. Selain Allah Swt jadikan mereka sebagai umat terbaik di antara makhluk-makhluk-Nya. Umat Rasulullah Saw juga terpilih supaya menjadi umat yang tengah-tengah.

KH. Ahmad Bahaudin Nursalim atau yang popular disapa Gus Baha menyatakan, bahwa tergolong menjadi umat Nabi Muhammad saw merupakan nikmat yang luar biasa.  Hal itu bisa dilihat bagaimana Allah meperlakukan umat Nabi Muhammad lebih keren dibandingkan dengan Bani Israil. Keistimewaan itu salah satunya bisa dilihat dari firman-firman Allah berikut ini:

يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَوْفُوْا بِعَهْدِيْٓ اُوْفِ بِعَهْدِكُمْۚ وَاِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ

Artinya: “Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja.(QS. Al-Baqarah [2] : 40)

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya.(QS. Al-Ahzab [33] :41)

فَاتَّقُوا اللّٰهَ

Artinya: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah

***

Ketika Allah Swt berfirman kepada umat Nabi Muhammad Saw redaksi kalimatnya langsung tertuju kepada Allah. Kata dzikr tersanding kepada Allah bukan melalui perantara sesuatu (nikmat) yang diberikan-Nya.

Baca juga: 5 Pemberian Allah untuk Umat Nabi Muhammad di Bulan Ramadhan

Karena apa?

Sebab nikmat itu bisa hilang kapan saja. Boleh jadi, nikmat yang sekarang kita terima menjadi musibah di lain hari. Tapi kalau Allah, inilah Dzat yang paling kita butuhkan dan puncak ridha-Nya yang kita cari.

إلهي أنت مقصودي ورضاك مطلوبي

Sementara ketika Allah berfirman kepada Bani Israil tentang dzikr, objek yang digunakan berupa nikmat atau sesutau yang diberi Allah. Dengan kata lain yang jadi sandaran adalah materi pemberian. Padahal nikmat pada kondisi tertentu mengungkap banyak arti. Ia bersifat sementara, yang sewaktu-waktu bisa lenyap.

Gus Baha dalam pengajian ini menyodorkan beberapa kasus yang menggambarkan bagaimana kenikmatan sangat rentan mengubah keadan. Yang mulanya bahagia sekonyong-konyong berubah jadi kesedihan, begitu pun sebaliknya.

“Ada orang tua sayang sama ankanya. Dia belikan motor. Senangnya bukan main. Lalu diadakanlah syukuran. Baru dua jam dicoba, kecelakaan, dan mati.” terang Gus Baha mencontohkan dilansir dari Channel Santri Gayeng.

Baca juga: Gus Baha: Filosofi Teologis Shalawat Sebagai Penjaga Iman

Kali lain Gus Baha memisalkan kondisi sebaliknya.

“Ada orang ketinggalan pesawat, nangis bukan kepayang. Ternyata pesawat yang mestinya ia ikut rombongan kecelakaan. Dia akhirnya bahagia dan mengucap “Alhamdulillah”.

Betapa mudahnya Allah Swt mengubah itu semua, dari menangis ke tertawa. Dan perubahan dari tertawa ke menangis.

“Sehingga para ulama ahli mukasyafah kadang melihat ayat (الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ) dan (فَاتَّقُوا اللّٰهَ) adalah sama. Karena memang yang mestinya ditakutkan bukan kehilangan nikmat itu. Tetapi takut kepada Allah semata.” tegas Gus baha.

Kontributor