Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
ArtikelBerita

Umat Islam Berduka, Ulama Besar Alexandria, Syekh Abdussalam Ali Syita Wafat

Avatar photo
67
×

Umat Islam Berduka, Ulama Besar Alexandria, Syekh Abdussalam Ali Syita Wafat

Share this article

Kabar duka kembali menyelimuti dunia Islam dengan wafatnya ulama besar dari Alexandria, Maulana Syekh Abdussalam Ali Syita, pada Selasa, 28 Januari 2024. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, murid-murid, dan kaum Muslimin yang selama ini menimba ilmu dan hikmah dari dakwahnya.

Perjalanan Hidup Seorang Ulama yang Mulia

Maulana Syekh Abdussalam Ali Syita dilahirkan di Kota Rasyid, Provinsi Buhairah, Mesir pada tahun 1939 M. Kecerdasan yang luar biasa sudah terlihat sejak masa kecil beliau.

Sedari usia belia, Syekh Abdussalam sudah hafal al-Quran, mendalami ilmu sirah nabawi, sunnah dan sastra Arab. Beliau bahkan pernah mendapatkan penghargaan sebagai siswa teladan dari Menteri Pendidikan Mesir. Hal ini menjadi bukti kecemerlangan akademiknya.

Setelah meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Alexandria pada tahun 1964 M, Syekh Abdussalam bekerja sebagai direktur perusahaan kapal layar yang berafiliasi dengan Terusan Suez.

Setelah memutuskan pensiun pada tahun 1999 M, Syekh Abdussalam sepenuhnya mengabdikan hidupnya untuk dakwah Islam, menyeru umat kepada akhlak mulia dan cinta kepada Allah SWT.

Syekh Abdussalam merupakan salah satu dari sekian banyak ulama di Mesir yang memiliki nasab keturunan Rasulullah SAW. Kedekatannya dengan Baginda Nabi Muhammad SAW pernah diceritakan oleh murid beliau, Syekh Alaa Musthofa Na’imah dalam sebuah majelis di Alexandria pada 2018.

Dalam kisah tersebut, Syekh Alaa bercerita bahwa Syekh Abdussalam pernah bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Ketika Nabi menanyakan pekerjaannya, beliau dengan rendah hati menjawab, “Saya adalah pelayan Baginda Nabi Muhammad SAW.” Rasulullah pun tersenyum dan memeluknya dengan penuh cinta.

Perjalanan Spiritual dan Pengabdian di Dunia Tasawuf

Pada tahun 1966, Maulana Syekh Abdussalam bergabung dengan Tarekat Ahlul Azaim, tarekat sufi moderat yang menekankan penguatan akhlak dan cinta kepada Allah. Beliau berguru kepada sejumlah ulama besar, termasuk As-Sayyid Ahmad Madhi Abul Azaim, Syekh Qutbu Zein, Syekh Muhammad Syahatah, dan Syekh Abdul Qodir Mas’ud.

Dalam perjalanan dakwahnya, beliau selalu memberikan pencerahan kepada umat Islam dengan kajian yang sarat hikmah. Salah satu momen yang dikenang adalah majelis zikir di Masjid Amr bin Ash, Alexandria, di mana beliau membagikan karya tulisnya kepada para jamaah yang berebut untuk menyalami dan mencium tangannya.

Kenangan yang Abadi

Suatu ketika, dalam momen ziarah ke makam Rasulullah SAW, Syekh Abdussalam menangis tak kuasa berpisah dengan makam Baginda. Tiba-tiba, Rasulullah muncul dalam pandangan spiritualnya dan berkata, “Jangan sedih wahai Abdussalam, pertolonganku tetap ada untuk Mesir lewat cucuku, Husain!”

Kisah ini menunjukkan kedalaman cinta dan hubungan spiritual Maulana Syekh dengan Rasulullah SAW.
Semasa hidupnya, Syekh Abdussalam telah menulis banyak karangan dalam bidang akidah, tafsir dan tasawuf.
Di antara kitab yang ditulisnya adalah Jawami’ Ad-Du’a, Ufuq al-Adzamah Al-Muhammadiyah, As-Siroj Al-Munir Fi Maqomat Sayyidil Mursalin, ‘Uddatus Salikin Fis Shalati ‘Alaa Khotamin Nabiyyin, Liz Zuhdi Wal Yaqin, Al-Mujahadah Wa Al-Musyahadah, Auliya’ Allah Wa Asfiya’uhu, Ash-Sholatu Mi’raj, Nida’ul Qulub, dan Manaqib Alil Bait wal Auliya’.

Kontributor