Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Harga Diri Seorang Penuntut Ilmu

Avatar photo
599
×

Harga Diri Seorang Penuntut Ilmu

Share this article
Sudah seharusnya seorang ahli ilmu dalam menjaga harga diri dan martabatnya.
Sudah seharusnya seorang ahli ilmu dalam menjaga harga diri dan martabatnya.

Ali bin Abdul Aziz Al-Jurjani, seorang ulama penulis kitab al-Wasathah Baina al-Mutanabbi wa Khusumihi, menjaga harga dirinya sebagai ahli ilmu saat ditindas oleh kawan-kawan seangkatannya karena tidak ingin bergaul dengan gaya mereka.

Ia menulis sebuah Qasidah sebagai jawaban terhadap tindasan itu, sekaligus menjelaskan bagaimana seharusnya seorang ahli ilmu dalam menjaga harga diri dan martabatnya.

Dulu kawan-kawannya al-Jurjani suka duduk dengan para pembesar negara, memuji dan menjilat mereka, demi mendapatkan kemewahan dunia. Al-Jurjani enggan melakukan hal yang sama, hingga ia dianggap sebagai orang yang eksklusif, enggan bergaul. Dia menulis di awal Qasidahnya:

يقولون لي فيك انقباض وإنما • رأو رجلا عن موقف الذل أحجما

“Mereka mengatakan kepadaku, “Dirimu itu ada sifat enggan bergaul”, hanya saja mereka melihat seorang laki-laki yang sedang menjauh dari tempat yang hina”.

Meski konteks Qasidah ini bercerita tentang orang yang menjauh dari pembesar negara karena enggan direndahkan demi menjaga harga dirinya, tapi makna yang disampaikan masuk ke semua sisi, apapun itu yang bisa menjatuhkan martabat seorang ahli ilmu, mulai dari cara berpakaian, tongkrongan, dan cara bicara. Semuanya harus dijaga demi menjaga kehormatan ilmu.

Ada dua bait yang masyhur dari Qasidah ini yang sering dikutip oleh para ulama, al-Jurjani mengatakan:

ولو أن أهل العلم صانوه صانهم • ولو عظموه في النفوس لعظما

“Seandainya ahli ilmu menjaga ilmu, maka ilmu akan menjaga mereka. Dan seandainya mereka menghormati ilmu di diri mereka, maka ilmu juga akan dihormati (oleh banyak orang).

ولكن أهانوه فهان ودنسوا • محياه بالأطماع حتى تجمهما

“Namun mereka justru menghinakan ilmu dan akhirnya menjadi hina. Mereka mengotori tampilan ilmu dengan keinginan-keinginan kotor, sehingga ilmu tidak menarik lagi untuk dilihat.”

Seolah beliau ingin bilang, bahwa ilmu itu sebetulnya sesuatu yang sangat berharga dan indah. Namun karena pemiliknya mengotori harga dirinya, dengan menggunakan ilmu untuk mendapatkan hal duniawi, dan tidak menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak baik, akhirnya ilmu tidak lagi diminati.

Betapa banyak orang awam yang kini enggan belajar agama, karena banyak tokoh agama yang gagal mempresentasikan agama sebagaimana mestinya.

Hari ini saya selesai menjelaskan Qasidah karya Al-Jurjani ini, yang dikenal dengan nama Mimiyah al-Jurujani. Qasidah yang dipuji oleh al-Subki di Thabaqatnya, dan ditulis di akhir Kitab Shafahat min Shabri al-Ulama oleh Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah.

6 Syawwal 1446 H.

Kontributor

  • Fahrizal Fadil

    Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Aceh. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab. Aktif menulis di Pena Azhary. Suka kopi dan diskusi kitab-kitab turats.