Ibnu Sunni penulis pionir kompilasi doa dan zikir wafat ketika menulis buku

Di antara ulama yang wafat ketika menulis buku adalah Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ishaq Ad-Dainuri atau yang lebih familiar dengan sebutan Ibnu Sunni. Beliau lahir sekitar tahun 280 H.

Ibnu Sunni merupakan salah satu tokoh ulama hadis. Ia murid Imam an-Nasa’i. Sebagai pakar hadis beliau dikenal sebagai tokoh hadis yang mempunyai integritas tinggi (tsiqah).

Semasa muda Ibnu Sunni dikenal dengan semangatnya dalam mencari hadis. Ia tak segan berkali-kali melintas batas negara untuk mendapatkan hadis. Menurut catatan Az-Zirikli dalam al-A’lam Ibnu Sunni rela menempuh perjalanan jauh hingga ke Irak untuk mencari hadits. Dia juga pernah melakukan perjalanan ke Mesir, Syam bahkan tanah Hijaz. 

Baca juga: Tirakat Ulama Al-Azhar dalam Menuntut Ilmu

Selain berguru kepada Imam an-Nasai, Ibnu Sunni juga berguru pada ulama-ulama lain. Di antaranya, Abu Khalifah al-Jamhi (w. 305 H), Zakariya as-Saji (w. 307 H), Abul Qosim al-Baghowi (w. 317 H), Umar bin Abi Ghailan, Abdullah ibn Zain al-Bajli dan lain sebagianya.

Ibnu Sunni Mencintai Ilmu Pengetahuan

Beliau dikenal sangat mencintai pengetahuan. Dedikasinya pada ilmu beliau curahkan setiap hari. Tercatat beberapa karya penting lahir dari penanya. Di antaranya adalah al-Mujtaba ada yang mengatakan namanya al-Mujtana kitab yang ditulis untuk meringkas Sunan an-Nasai milik gurunya. Ini karya penting untuk pelajar hadis yang ingin mempelajari hadis secara ringkas. Di sana Ibnu Sunni meringkas beberapa riwayat yang dianggap terlalu panjang.

Salah satu karya pentingnya pula adalah kitab Amal al-Yaum wa al-Lailah. Kitab tersebut merupakan pionir buku-buku kompilasi doa dan zikir dalam sepanjang sejarah turats. Kitab ini mengumpulkan berbagai riwayat doa dan zikir yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Menurut pendapat sebagian ulama, kitab ini menginspirasi ulama-ulama setelahnya dalam menulis kitab kompilasi doa serupa. Seperti Imam Nawawi dengan al-Adzkar, kemudian Syamsuddin al-Jazari dalam Hishn al-Hashin.

Baca juga: Imam Al-Kasani Meminang Putri Gurunya dengan Buku

Selain dua kitab tersebut beliau juga menulis Kitab al-Qana’ah, al-Thibb al-Nabawy, al-Shirath al-Mustaqim,

Cinta Ilmu sampai Akhir Hayat

Dengan kecintaan dan semangat luar biasa dalam menelaah dan menyebarkan ilmu. Ibnu Sunni ditakdir menjemput ajal, berbekal dengan kecintaan pada ilmu.

Diceritakan oleh salah satu putra beliau, sebagaimana dikutip Imam Ad-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’:

كان أبي رحمه الله يكتب الأحاديث ، فوضع القلم في أنبوبة المحبرة ، ورفع يديه يدعو الله عز وجل فمات

“Suatu ketika ayahku sedang menulis hadis-hadis Rasulullah Saw. Setelah meletakkan pena pada wadah tinta, beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Tidak lama kemudian beliau menemui ajalnya.” (al-Hafidz Syamsuddin ad-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala, [Beirut: Darul Kutub Ilmiah: 2010 M,] vol. 10 hal. 485)

Ibnu Sunni wafat pada tahun 364 H bertepatan dengan 974 M.

Baca juga: Deretan Ulama yang Membakar dan Mengubur Kitabnya Sendiri

Begitulah para ulama dalam mencintai ilmu dan pengetahuan. Hingga sampai detik-detik terakhir kepergiannya dari dunia masih sempat untuk menulis dan mengabadikan ilmu.

Sebagaimana dikatakan seseorang akan meninggal sesuai dengan kebiasaannya di dunia. Dikatakan oleh al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin:

إذ يموت المرء على ما عاش عليه، ويحشر على مات عليه

“Seseorang (biasanya) akan meninggal sesuai dengan kebiasaannya semasa hidup. Dan akan dikumpulkan kelak sesuai dengan kematiannya.” (Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, [Beirut: Darul Fikr, tt), vol. 1 381)

Semoga kita semua senantiasa diberikan pertolongan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan semoga akhir hayat kita diakhiri dengan husnul khatimah.