Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Karbala: Khotbah Muawiyah dan Wasiatnya kepada Yazid (1)

Avatar photo
34
×

Karbala: Khotbah Muawiyah dan Wasiatnya kepada Yazid (1)

Share this article

Menjelang
wafatnya, Muawiyah
bin Abu Sufyan
sempat meluangkan waktu di tengah kesibukan menjalankan roda
pemerintahan untuk berkhotbah di hadapan masyarakat:

“Wahai
umat muslim, ketahuilah! Sungguh setiap orang yang mau menebar benih kebaikan
di muka bumi ini pasti akan menuai hasilnya.
Dan aku sungguh telah menuntaskan urusan pemerintahan ini, maka orang yang akan meneruskan urusan pemerintahan setelahku tidaklah
akan lebih baik dariku, karena tidaklah berputar roda zaman kecuali zaman
setelahnya lebih buruk dari sebelumnya. Karena seperti itulah ketentuan
Rasulullah di dalam hadits-Nya.”

Setelah
berkh
otbah, Muawiyah ingin menyampaikan suatu wasiat kepada anaknya,
Yazid:

“Wahai
Yazid  jika nanti tiba ajalku, suruhlah
orang yang ahli fi
kih untuk memandikanku. Karena Allah lebih
memuliakan ahli fikih dari selainnya.

“Wahai
anakku, jika nanti tiba ajalku ambillah secarik kain yang aku letakkan di
lemari.

“Jadikan
kain bekas baju Rasulullah itu sebagai kafanku, dan taruhlah seikat kain yang
di dalamnya sebuah rambut dan kuku Rasulullah di dalam kafanku.

“Wahai
Yazid, tetaplah kamu berbakti kepada orang tua.

Maka ketika kau letakkan jasadku ini di
liang lahat, cepatlah kamu selesaikan. Biarkan aku sendiri menghadap Dzat Maha
Pemurah.

“Wahai
Yazid, perhatikan Husein! Ia adalah orang yang paling dicintai
kaum muslimin. Sambunglah tali silaturahmi dengannya,
karena dengan begitu segala urusanmu akan lancar. Jangan sampai terulang
kejadian yang telah menimpaku (aku telah membelot atas perintah ayah dan
saudaranya).”

Lantas
ketika datang waktu ajalnya, Muawiyah berdoa seraya menangis:

“Wahai
Allah, sungguh kau akan mengampuni seluruh hamba yang tidak menyekutukan
Mu. Maka limpahkanlah ampunan-Mu kepada hamba-Mu ini.”

Telah
wafat Muawiyah sahabat Rasulullah itu pada malam Jumat, 8 Rajab tahun 60
Hijriah di kota Damaskus, Syiria, dengan Yazid sebagai imam dalam shalat
jenazahnya.

Ahli
tarikh berbeda pendapat dalam memvonis sebab kematian Muawiyah.
Sebagian berpendapat bahwa Muawiyah mengidap penyakit lauwqah (penyakit yang disebabkan karena kelebihan zat lemak dalam tubuh).

Yazid
adalah
putra Muawiyah. Ibunya
bernama
Maysun
binti Bahdal bin Anif
, salah satu dari istri bapaknya

Ahli
tarikh bertutur, “Maysun termasuk wanita yang memiliki paras cantik, martabat
yang mulia serta tekat dan usaha yang kuat.”

Karena
sebab inilah Allah
mengaruniakan Yazid sebagai pengemban roda
pemerintahan
Dinasti Umayyah
setelah kematian ayahnya.
Jauh sebelum Muawiyah meninggal, dia telah dilantik
sebagai putra mahkota—simbol bahwa tahta kekuasaan akan beralih kepadanya.

Kontributor

  • Muhammad Fahmi Salim

    Alumni S1 Univ. Imam Syafii, kota Mukalla, Hadramaut, Yaman. Sekarang aktif mengajar di Pesantren Nurul Ulum dan Pesantren Al-Quran As-Sa'idiyah di Malang, Jawa Timur. Penulis bisa dihubungi melalui IG: @muhammadfahmi_salim