Kisah
Ulama yang menulis karya di penjara (2): 3 penyair dari Andalusia
Umar bin Muhammad bin Ali yang terkenal dengan nama Ibnu asy-Syahnah, seorang penyair asal Mosul Irak pernah menggubah syair tentang penjara.
لا عار في السّجن للأحرار إن سجنوا # بغير جرم ولكن سجنهم شرف
كالسّيف والدّرّة الزّهراء سجنهما # خوفا وضنّا بها الأغماد والصّدف
Tidak ada cela bagi orang-orang merdeka jika dipenjara
Tanpa salah dan dosa, justru itu hal yang paling mulia
Bagai pedang dan permata dipenjara di tempat khusus
Terjaga dengan sarung pedang yang melindunginya
Tiga nama penyair dan ulama dari Andalusia ini mewakili dengan tepat apa yang dilukiskan oleh Ibnu asy-Syahnah dalam syair penjaranya di atas.
1. Yusuf bin Harun ar-Ramadi al-Kindi (w. 403 H)
ini merupakan sosok penyair ulung. Ia pernah berguru kepada penyair cum muhaddits kenamaan di Cordoba, Yahya bin Hudzail (w. 389 H).
Dia begitu disegani oleh sastrawan sejawatnya karena keindahan sastra yang ia tulis. Bahkan, karena konon ia juga keturunan dari kerajaan Kindah, yang tersohor melahirkan penyair. an-Numairi dalam al-Wafi bi al-Wafiyyat mencatat, sastrawan semasanya sering berkelakar:
فتح الشعر بكندة وختم بكندة
“Syair arab pertama kali dipopulerkan di Kindah dan dipungkasi di Kindah pula.”
Maksudnya, di Kindah ini muncul pertama kali sosok penyair fenomenal Umru’ul Qais pada abad 5 M. Kindah merupakan kerajaan pra Islam. Dan sosok Umru’ul Qais dianggap sebagai sosok yang berpengaruh dalam peletakan dasar-dasar perkembangan sastra Arab hingga kini.
Ar-Ramadi dianggap sosok “New Umru’ul Qois” yang lahir di abad 5 H. Ia juga dianggap mampu melahirkan karya yang tak kalah hebat dari Umru’ul Qais.
Ia pernah dipenjara oleh Al-Muntashir Billah, Raja ke-9 kekhalifahan Umayyah di Andalus. Ia tidak sendirian, pada saat itu beberapa penyair dan sastrawan juga ikut dibungkam, karena dianggap telah menyebabkan kegaduhan lewat syair-syair yang mereka tulis.
Dalam penjara tersebut ia menulis satu karya syair yang cukup fenomenal. ia menulis puisi dan syair berjudul “Al-Thair (burung)”. Dalam puisinya ia menulis puisi dengan burung sebagai objek dan bahan perenungan. Ia juga memuji Hisyam bin al-Hakam agar berkenan membebaskannya dari penjara
Dia menghirup udara kebebasan pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam al-Mu’ayyad Billah.
Di antara keindahan puisinya:
فَقَدَت دُموعي يوسفاً في حُسنِهِ * فَغَدوتُ يَعقوباً بِشدَّةِ وَجدِهِ
وَعميتُ مِما قَد لقيتُ مِن البُكا * حَتّى مَسَحتُ عَلى الجُفونِ بِبُردِهِ
Genangan air mataku kehilangan Yusuf dalam keindahannya
Saya menjadi Yakub dengan kecintaan yang luar biasa
Saya dibutakan oleh tangisan yang saya terima
Hingga kuseka air mata yang mendingin di kelopak mata
2. Abdul Malik bin Ghosn al-Khusyni (w. 454 H)
Abdul Malik bin Ghosn merupakan salah satu sastrawan yang populer di tanah Andalusia. Daerah asalnya adalah Guadalajara.
Ia dipenjara oleh Yahya bin Ma’mun Dzin Nun (w. 467 H), penguasa kedua daerah Toledo kala pemerintahan Andalusia tidak tersentralisasi dan dikuasai oleh kerajaan-kerajaan lokal.
Dalam penjara ia menulis buku sastra yang sangat indah berjudul al-Sijnu wa al-Masjun wal Huznu wal Mahzun. Dalam riwayat lain buku itu ia beri nama dengan Sirrul Maknun fi Uyunil Akhbar al-Mahzun.
Dalam buku itu banyak sekali ia tulis syair-syair yang bisa menjadi pelipur kesedihan bagi orang-orang yang sedang dipenjara.
Setelah keluar dari penjara ia menyalin dan menyebarkannya. Ia wafat pada tahun 454 H di Kota Granada.
3. Ibnul Ma’mun an-Nahwi
Bernama lengkap Ahmad bin Ali Hibatullah az-Zawal. Ia sempat menjabat sebagai qadhi pada tahun 534 H. Setelah pucuk pimpinan khalifah berganti ia terkena dampak politis. Ia dijebloskan ke penjara dengan alasan yang kurang jelas.
Karena peristiwa politik itu, ia menghabiskan 21 tahun di penjara. Namun dalam kurun dua dekade itu, benar-benar ia manfaatkan secara optimal. Terbukti dalam catatan Shalahuddin as-Shofadi, ia menghasilkan tak kurang 80 jilid buku yang terdiri dari berbagai macam tulisan. Tapi mayoritas terkait sastra dan linguistik.
Di antaranya adalah Syarh Sibawaih, Ishlah al-Manthiq, Syarh Syiir Mutanabbi dan lain sebagainya.
Santri, Pustakawan Perpustakaan Langitan, suka menggeluti naskah-naskah klasik.
Baca Juga
Kisah patah hati Sayidah Khadijah
18 Oct 2024
Kasih sayang KH. Hasyim Asy’ari terhadap anjing
19 Aug 2024