Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Halimah As-Sa’diyah, Wanita yang Menyusui Rasulullah SAW

Avatar photo
59
×

Halimah As-Sa’diyah, Wanita yang Menyusui Rasulullah SAW

Share this article

Kehidupan Rasulullah SAW dipenuhi dengan segala kebaikan dan keberkahan. Sejak masih anak-anak, beliau sudah mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Barangkali kisah tentang Halimah As-Sa’diyah, ibu persusuan beliau, menjadi bukti utama betapa berkahnya kehidupan Nabi SAW, sebagaimana yang diceritakan dalam kitab-kitab Turats.

Disebutkan dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah, Muhammad bin Ishaq mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah disusui oleh Halimah As-Sa’diyah binti Abu Dzu`aib Abdullah bin Al-Harits bin Syijnah bin Jabir bin Rizam bin Nashirah bin Sa’ad bin Bakr bin Hawazin bin Manshur bin ‘Ikrimah bin Hafshah bin Qays bin Ghilan bin Mudharr. Suaminya bernama Al-Harits bin Abdul ‘Uzza bin Rifa’ah bin Mallan bin Nashirah bin Sa’ad bin Bakr bin Hawazin.

Saudara-saudara sepersusuan Rasulullah adalah Abdullah bin Al-Harits, Anisah binti Al-Harits, Hudzafah binti Al-Harits atau yang dikenal dengan nama Asy-Syaima`. Disebutkan pula bahwa merekalah yang ikut merawat dan menjaga Rasulullah SAW ketika beliau tinggal di kampung Bani Sa’ad.

Ibnu Ishaq menceritakan, suatu ketika Halimah bersama sepuluh wanita lainnya dari Bani Sa’ad datang ke Makkah mencari bayi-bayi yang hendak disusui untuk kemudian mendapatkan upah. Mereka datang di tahun paceklik, dan Halimah datang bersama bayinya dengan mengendarai keledai betina serta unta betina yang sudah tidak mengeluarkan air susu setetes pun.

Dalam perjalanannya, mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak di malam hari karena anak-anak mereka menangis karena lapar, sementara air susunya dan air susu unta betinanya pun tidak cukup untuk mengganjal perut mereka, namun mereka terus berharap segera turun hujan dan mendapatkan kelapangan.

Keesokan harinya, Halimah dan rombongannya menuju Makkah dengan keledai dan unta betinanya yang sudah lemas dan kecapekan. Sesampainya di Makkah, setiap kali para wanita yang bersamanya ditawari untuk menyusui baginda Nabi, mereka menolak karena mengetahui bahwa Nabi adalah seorang anak yatim. Padahal mereka mengharapkan bisa mendapatkan imbalan dari ayah bayi yang disusui.

Baca juga: Bahagianya Nabi Hidup Bersama Orang-orang Kecil

Hingga pada akhirnya, hanya Halimah saja yang belum mendapatkan bayi untuk disusui, dan hanya tersisa bayi Aminah. Kemudian Halimah berkata kepada suaminya, “Demi Allah, aku tidak suka untuk kembali ke kampung sementara aku tidak mendapatkan bayi susuan. Dan sungguh, aku akan mengambil bayi yatim tersebut (baginda Nabi SAW) untuk aku susui.”

Suaminya menjawab, “Ambillah bayi itu, bisa jadi ia adalah anak yang membawa berkah dari Allah.”

Kemudian berangkatlah Halimah ke rumah Aminah, dan mengambil bayi Baginda Nabi untuk disusui karena tidak mendapatkan bayi lainnya. Setelah menggendong bayi tersebut dan memangkunya, Halimah pun mulai menyusuinya hingga baginda Nabi tidak kehausan, demikian pula bayi Halimah sendiri yang disusui hingga tidak kehausan lagi.

Satu hal yang membuat Halimah terkejut, air susunya yang sebelumnya tidak cukup untuk menyusui bayinya sendiri hingga kenyang, namun saat ini bahkan bisa untuk mengenyangkan dua bayi. Selain itu, unta betinanya yang awalnya tidak mengeluarkan air susu setetespun, sekarang menjadi penuh hingga bisa diperah dan diminum oleh para rombongan hingga kenyang.Setelah peristiwa ini, mereka pun jadi bisa bermalam dengan tidur nyenyak.

Salah satu wanita yang ikut rombongan sempat berkata, “Wahai Halimah, sungguh kau telah mendapatkan seorang bayi yang penuh berkah. Tidakkah kau tahu, sebelumnya kita tidak pernah merasakan tidur nyenyak di malam hari (karena kita dan bayi-bayi kita kelaparan). Allah senantiasa memberikan kebaikan yang lebih kepada kita.”

Kemudian Halimah dan rombongannya kembali ke kampung mereka. Keledai yang ia tunggangi berjalan dengan cepat tidak seperti jalan keledai pada umumnya, sehingga ia pun tidak terkejar oleh rombongannya dan sampai ke kampungnya terlebih dahulu.

Sesampainya di kampung Bani Sa’ad, kampung yang tandus dan gersang, ia pun menggembalakan kambing-kambingnya yang mana sebelumnya kambing-kambing tersebut kembali dalam keadaan belum kenyang, namun setelah mereka membawa baginda Nabi, kambing-kambing tersebut kembali dalam keadaan sudah kenyang dan penuh dengan air susu. Pada saat yang bersamaan kambing milik orang lain tidak dapat diperah susunya setetes pun hingga orang-orang pun berkata, “Gembalakanlah kambing kalian bersama kambing milik Halimah.”

Allah senantiasa memberikan keberkahan kepada Halimah dan keluarganya hingga Baginda Nabi menginjak usia dua tahun, beliau tumbuh tidak seperti anak-anak lainnya. Lalu tibalah saatnya Halimah menyerahkan kembali Nabi SAW kepada ibunya, namun Halimah merasa berat hati menyerahkan baginda Nabi, dan ia pun masih berkeinginan terus merawatnya.

Halimah berkata kepada Aminah, “Biarkanlah kami membawa kembali anak kami ini, karena kami khawatir sekarang di Makkah sedang merebak wabah penyakit.” Permintaan ini pun disetujui oleh Aminah, sehingga Halimah bisa membawa Baginda Nabi kembali ke kampungnya dan tinggal bersamanya selama dua atau tiga bulan.

Suatu ketika, pada saat Nabi sedang bersama saudara sepersusuannya di belakang rumah, tiba-tiba saudaranya pulang dengan ketakutan dan berkata, “Saudaraku dari Quraisy (Nabi Muhammad SAW) didatangi dua lelaki berpakaian putih, lalu mereka membaringkannya dan membelah dadanya.”

Baca juga: Kesalahan Membid’ahkan Perayaan Maulid Nabi

Mendengar kabar tersebut, Halimah dan suaminya keluar ketakutan dan mendatangi baginda Nabi, lalu beliau dipeluk oleh ayahnya (suami Halimah) dan ditanya, “Bagaimana keadaanmu, wahai anakku?”

Nabi pun menjawab, “Aku telah didatangi dua lelaki berpakaian putih, lalu mereka membaringkanku dan membelah dadaku, lalu mereka mengeluarkan sesuatu dari dalamnya dan membuangnya, kemudian mereka mengembalikan dadaku yang terbelah seperti keadaan sebelumnya.”

Menyimak cerita itu, Al-Harits pun khawatir dengan keselamatan baginda Nabi, dan ia pun segera membawa Nabi kembali ke Makkah untuk diserahkan kepada keluarganya sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Setelah sampai di rumah Aminah, Halimah pun menceritakan apa yang telah terjadi pada putranya. Aminah pun berkata: “Apakah kalian mengkhawatirkan setan akan mencelakai anakku? Tidak, demi Allah, tidak ada satu jalan pun bagi setan untuk mencelakai anakku.”

Kemudian Aminah menceritakan, bahwa selama ia mengandung baginda Nabi, ia sama sekali tidak merasakan kesusahan ataupun kesulitan layaknya perempuan yang sedang mengandung. Ia berkata, “Suatu hari saat mengandung, aku bermimpi seolah-olah keluar cahaya dari perutku yang menyinari istana-istana di Syam. Kemudian pada saat melahirkannya terjadi sesuatu yang tidak pernah dialami oleh bayi-bayi lain yang baru lahir, ia bersandar pada kedua tangannya seraya mengangkat kepalanya ke arah langit.”

Demikian kisah Halimah As-Sa’diyah wanita beruntung yang menyusui Baginda Nabi Muhammad SAW.

Kontributor

  • Arif Khoiruddin

    Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.