Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Buku

Merangkul Jemaah Islamiyah: Dari Konfrontasi ke Persuasi

Avatar photo
123
×

Merangkul Jemaah Islamiyah: Dari Konfrontasi ke Persuasi

Share this article
Sampul buku JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah.
Sampul buku JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah.

Sepak terjang Jemaah Islamiyah (JI) dalam banyak aksi dan gerakan radikal di Indonesia telah menorehkan luka yang mendalam di masa lalu. Salah satu aksi mereka yang sampai saat ini barangkali masih menyisakan trauma dalam ingatan kolektif bangsa kita adalah Bom Bali 2002. Bom Bali pertama itu selain menewaskan 200-an orang yang mayoritas warga asing, juga menjadikan titik balik Indonesia dalam memerangi segala bentuk gerakan terorisme di tanah air.

Seiring tumbuhnya sel-sel gerakan teror yang semakin transformatif, adaptif, dan manipulatif, profesionalitas kepolisian sebagai aparat penegak hukum juga mengalami akselerasi yang sangat signifikan dari waktu ke waktu. Paradigma perang melawan gerakan teror bukan hanya menumpas yang di hilir, melainkan juga mengejar yang di hulu. Ini artinya, penanganan anti-radikalisme harus dilakukan secara komprehensif, tak cukup hanya dibebankan kepada kepolisian.

Buku JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah yang ditulis oleh seorang aktor utama Densus 88 Anti Teror, Irjen. Pol. Sentot Prasetyo, S.I.K menyingkap tabir-tabir di lingkaran utama JI yang selama ini sulit ditembus. Sebagai Kadensus aktif, Prasetyo tentu terlibat langsung dalam penanganan berbagai kasus anti-terorisme di Indonesia. Ia juga memiliki akses eksklusif ke informasi dan data yang tidak bisa diperoleh oleh sembarang orang. Sebagai aparat penegak hukum, Prasetyo menyajikan gambaran yang sangat detail dan representatif bagaimana cara kerja kelompok JI. Mulai dari struktur organisasi, orientasi gerakan, rekrutmen anggota, pelatihan berjenjang, menyiapkan kader-kader kombatan, penyusupan kader ke berbagai instansi negara dan ormas, hingga perencanaan dan pelaksanaan aksi yang mereka sebut “jihad”.

Kendati gerakan JI begitu terstruktur bahkan dengan menerapkan sel terputus yang memungkinkan kerahasiaan gerakan mereka tetap terjaga (hlm. 23), nyatanya polisi mampu menembus segala hambatan tersebut hingga ke jantung utama gerakan, yaitu para pendiri dan ideolog JI. Tentu dalam hal ini polri tidak bergerak sendiri. Banyak unsur masyarakat dari berbagai ormas dilibatkan untuk menciptakan dialog secara interaktif-dialektis, sekaligus memberikan kesempatan bagi JI untuk menyampaikan pandangan mereka atas segala keluhan dan mispersepsi tentang mereka yang selama ini telah beredar secara luas. Cara-cara persuasif ini semakin mengukuhkan bahwa pendekatan humanis yang dilakukan oleh polri memiliki dampak yang luar biasa, meskipun pasti membutuhkan waktu yang sangat lama.

Pendekatan humanis ini memang membutuhkan kesabaran revolusioner. Tak bisa dilakukan secara tergesa-gesa, apalagi dengan penggalian informasi melalui interogasi konvensional. Perang melawan gerakan radikal adalah perang melawan pikiran. Pikiran radikal sulit berubah hanya dalam satu-dua bulan. Sebuah pikiran yang sudah matang menjadi radikal, pasti sebelumnya sudah mengalami proses indoktrinasi secara sistemik. Interogasi mungkin bisa saja menghasilkan keterangan yang sesuai fakta, tapi untuk menyembuhkan seseorang yang sudah berpaham radikal, butuh pendekatan dialogis.

Keterangan Buku

Judul: JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah

Penulis: Irjen. Pol. Sentot Prasetyo, S.I.K

Penerbit: Elex Media Komputindo

Cetakan: 2024

Tebal: 442 hlm.

ISBI: 978-623-00-6808-9

Bagian awal hingga akhir buku ini memang ditulis dengan gaya naratif-dialogis. Dalam setiap halamannya disuguhkan data-data penting yang sudah dimiliki oleh polri, lalu didialogkan dengan para aktor yang menjadi narasumber utama dalam buku ini. Narasumber yang dimaksud adalah para pendiri, ideolog, dan anggota JI itu sendiri. Memang ada banyak hal yang dibenarkan oleh JI, terutama yang menyangkut gerakan teror di masa lalu. Namun, ada juga beberapa isu yang dibantah oleh mereka, seperti soal orientasi gerakan mereka, berbedaan gerakan mereka dengan NII, hingga sejumlah aksi teror yang dilakukan oleh anggota JI tanpa persetujuan atau instruksi dari JI secara kelembagaan.

Semangat merangkul yang dilakukan oleh polri terhadap mantan JI yang telah resmi membubarkan diri pada 30 Juni 2024 di Sentul, Bogor, memang harus diapresiasi. Kembalinya para aktivis JI ke pangkuan NKRI tidak hanya berdampak positif bagi kinerja kepolisian, tapi juga berdampak positif bagi Indonesia di panggung dunia internasional. Orang boleh menaruh rasa curiga atas pembubaran diri JI beberapa waktu lalu itu. Hal itu sangat bisa dimaklumi, mengingat dampak destruktif yang pernah dilakukan oleh anggota JI di setiap aksinya.

Namun demikian, Polri tak mungkin senaif itu untuk menutup mata tanpa pengawasan. Karena sekali lagi, perang melawan gerakan radikal adalah perang melawan pikiran. Pikiran manusia selalu dinamis. Orang yang saat ini tidak radikal, besok—karena satu dan lain hal—mungkin saja bisa menjadi radikal, atau pun sebaliknya. Itulah pentingnya polri harus terus meningkatkan profesionalitas mereka. Tren itu sudah sangat terlihat dalam upaya polri menangani gerakan radikal dan gerakan teror yang tak melulu dengan konfrontasi, tapi juga dengan persuasi, hingga kolaborasi.

Kontributor

  • Musyfiqur Rahman

    Penerjemah, peminat khazanah kebudayaan dan sastra Arab klasik, dan penulis buku Ulama Nahwu Garis Lucu. Twitter/IG: @syahdaka.