Fatwa

Fatwa Ulama Hadramaut Jika Ingin Sedekah Tapi Terjerat Hutang

13 Dec 2021 12:09 WIB
1564
.
Fatwa Ulama Hadramaut Jika Ingin Sedekah Tapi Terjerat Hutang Ingin sedekah tapi hutang masih banyak, gimana ya?

Sebagian orang mungkin bertanya-tanya, tentang hukum sedekah orang yang terjerat hutang. Kebanyakan dari mereka melihat bahwa sedekah lebih utama daripada melunasi hutang.

Asumsi di atas keliru. Anggapan dasar yang mereka terapkan merupakan taklid buta dan perlu dikoreksi serta dikaji kembali. Pasalnya, hukum sedekah adalah sunnah, dan hukum melunasi hutang adalah wajib. Sedangkan syariat mendahulukan perkara wajib atas perkara yang sunnah.

Persoalan ini tak luput dari perhatian Habib Muhammad bin Umar bin Ahmad As-Syatiri. Beliau adalah keturunan langsung dari tokoh pendiri rubat Tarim, yaitu Habib Ahmad bin Umar As-Syatiri. Beliau adalah salah satu mufti termasyhur kota Tarim pada zamannya.

Hukum Sedekah Bagi Orang Terjerat Hutang

Menurut Habib Muhammad As-Syatiri, hukum bersedekah bagi seseorang yang sedang terjerat hutang itu terbagi menjadi dua:

يحرم عليه التصرف بما يحتاجه لقضاء دينه الذي لا يرجو له وفاء حتى لو كان الدين مؤجلا عند حلوله، لأن الواجب لا يجور تركه لسنة ومع حرمة التصدق بما ذكر يملكه المتصدق عليه هذا ما اعتمده ابن حجر في التحفة وفي رسالته المسماة (قرة العين ببيان أن التبرع لا يبطله الدين) وقال بذلك الرملي في النهاية

Pertama, jika harta yang disedekahkan itu diperlukan untuk melunasi hutangnya nanti, maka hukum bersedekah adalah haram. Walaupun harta tersebut akan dipakai di masa mendatang karena hutangnya bersifat kredit.

Andaikata ia telah bersedekah menggunakan harta itu, maka hukum sedekahnya tetap sah, dan orang yang menerima sedekah itu berhak untuk memilikinya dan mengambil manfaat darinya.

Poin penting yang patut kita ketahui secara seksama ialah, haram yang dimaksud di sini adalah haram yang bersifat sementara. Dengan kata lain, sifat haram tersebut akan terus melekat pada dirinya hingga ia melepaskan jerat hutang piutang yang membelenggu dirinya. Hingga, ketika dia sudah bebas kembali, maka bersedekah baginya berubah menjadi sunnah yang amat dianjurkan.

Uraian hukum yang disebutkan di atas adalah kesimpulan hukum yang diambil dari mafhum perkataan Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Tuhfatul Muhtaj dan risalahnya Qurrotul Ain bi Bayan an-Na at-Tabarru' La Yubthiluhu ad-Dain. Juga dari perkataan Imam Muhammad ar-Ramli dalam kitab Nihayatul Muhtaj Syarah Minhaj.

Baca juga: Pandangan Al-Azhar Soal Membebaskan Hutang dari Zakat

Namun, mayoritas ulama merujuk lebih lanjut, bahwa pendapat Imam Ibnu Hajar dan Imam ar-Ramli mengenai sahnya barang sedekah yang terlanjur diberikan kepada orang lain adalah suatu kekhilafan. Karena bagi mereka, jika sedekah itu sudah dihukumi haram bagi orang yang terjerat hutang, maka amal sedekah yang ia lakukan pun akan ikut haram secara keseluruhan dan tidak sah. Oleh karena itu, wajib bagi si penerima barang sedekah, untuk mengembalikannya kepada sang pemiliki jika ia mengetahui status si pemberi sedekah.

أما إذا ظنّ وفاء للدين لول عند حلول المؤجل فلا بأس بالتصدق بل قد يسن، نعم إن وجب أداؤه فورا لطلب صاحبه حرم التصدق قبل وفائه

Kedua, apabila dirinya menduga bahwa ia sanggup melunasi hutang-piutangnya dengan menggunakan harta lain miliknya, maka hukum bersedekah baginya tetaplah sunnah dan dianjurkan. Akan tetapi sama halnya dengan hukum sebelumnya, jika orang yang dipinjami hutang telah meminta untuk mengadakan clearing (penyelesaian hutang), maka bersedekah bagi orang yang berhutang adalah haram hingga ia melunasi semua hutang-hutangnya.

Perihal hutang-piutang, Nabi Muhammad Saw sangat mewanti-wanti umatnya. Amat pentingnya hal ini, sampai-sampai Beliau mengucapkan,

نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ

"Jiwa seorang mukmin akan tergantung (di hari kiamat) dengan hutangnya hingga ia menunaikan hutangnya tersebut." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim)

Imam Suyuthi menafsirkan, sebetulnya maksud dari kata 'tergantung' yang ada pada konteks hadits ialah dicegahnya seorang mukmin dari kedudukannya yang mulia kelak di hari kiamat nanti.

Sedangkan Imam Al-Iraqi menanggapi, bahwa yang dimaksud di atas adalah perkara seorang mukmin yang memiliki hutang akan diberhentikan atau ditunda sementara. Dalam artian dia tak akan dihukumi selamat (surga) atau celaka (neraka) sampai hutangnya terlunasi.

Kemudian, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Qatadah Ra disebutkan,

الآن بردت جلدته

"Dan sekarang, kulitnya telah dingin."

Yaitu, ketika seorang mukmin yang terbebas dari jeratan hutang-piutang, entah hutangnya itu diselesaikan oleh ahli warisnya atau pun dengan transaksi pertukaran amal kebaikannya selama di dunia. Yang perlu diketahui, mukmin yang terjerat hutang akan berada di jembatan antara surga dan neraka, nasibnya tak jelas hingga hutangnya terselesaikan. Dan selama itu, ia akan merasakan semilir angin panasnya neraka.

Baca juga: Darul Ifta Mesir Jelaskan Hukum Mencicil Nadzar

Nabi Muhammad Saw bersabda,

يغفر للشهيد كل شيء، ثم قال عليه الصلاة والسلام: إلا الدين سارني به جبريل آنفاً

"Semua dosa orang mati syahid akan diampuni." Kemudian Nabi Saw melanjutkan, "Kecuali hutang (terhadap manusia), Jibril telah menjelaskan kepadaku tadi."

Melihat persoalan hutang piutang sangat krusial, Kita perlu melakukan tindakan preventif dari setiap individu seorang mukmin. Dimulai dengan meminimalisir berhutang, lalu berusaha untuk menunaikannya jika ia terlanjur melakukannya.

Setelah bertobat, seluruh dosa keturunan Adam mampu terampuni jika dosanya itu menyangkut antara dia dan Tuhannya. Namun, jika dosanya itu sudah menyangkut antara dia dan mahluk Allah yang lain, maka dosanya tidak akan terhapus begitu saja sampai dia menyeselaikan dosanya dengan orang yang bersangkutan. Wallahu a'lam bis showab.

Referensi:

  • Dalilul Falihin Lituruqi Riyadh As-Sholihin, Muhammad Ali Al-Bakri As-Shiddiqi.
  • Fatawa wa Rudud Syar'iyyah Muashirah, Muhammad bin Ahmad bin Umar As-Syatiri.
  • Syarh Sunan Abi Dawud, Abdul Muhsin Ubbad.
  • Tuhfatuh Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi, Abu Ala' Muhammad Al-Mubarakfuri.
Faisal Zikri
Faisal Zikri / 69 Artikel

Pernah nyantri di Daarul 'Uulum Lido Bogor. Sekarang meneruskan belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman. Suka membaca, menulis dan sepakbola.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: