Artikel

Kisah Muhajir Ummu Qays, Hijrah Karena Perempuan

19 Aug 2020 05:16 WIB
2166
.
Kisah Muhajir Ummu Qays, Hijrah Karena Perempuan

Dikisahkan bahwa ketika turun wahyu dari Allah untuk hijrah, Rasulullah shallallâhu alayhi wasallam memerintahkan para sahabat agar hijrah. Meninggalkan kota Makkah menuju kota Yatsrib, yang selanjutnya berganti nama menjadi kota Madinah saat Rasulullah mendatanginya.

Para sahabat pun menyambut gembira perintah tersebut. Mereka tinggalkan rumah, usaha perniagaan dan harta benda di Makkah. Tidak ada yang dibawa kecuali barang-barang perbekalan yang jumlahnya tidak seberapa.

Semua itu mereka lakukan demi menjalankan perintah Allah dan Rasulullah. Para sahabat, demikian juga Rasulullah hijrah ke Madinah bukan karena takut ataupun kabur. Sama sekali tidak! Mereka merupakan orang-orang pemberani dan tegar di dalam menghadapi siksaan kaum kafir quraisy.

Ketika para sahabat sudah mulai berhijrah gelombang demi gelombang, ada salah satu sahabat yang tidak mau berhijrah. Alasannya perempuan yang dia cintai, tinggal dan menetap di Kota Makkah. Pemuda itu tidak ingin berpisah dan meninggalkan pujaan hatinya yang bernama Ummu Qays.

Berselang waktu kemudian, perempuan tersebut berubah pikiran. Ia pun memutuskan untuk berhijrah menuju Madinah. Mendengar kekasihnya hijrah, pemuda tersebut pun turut pergi berhijrah ke Madinah. Tujuannya tidak lain adalah menyusul perempuan yang disukainya. Akhirnya, ia dijuluki sebagai Muhajir Ummu Qays (Orang yang hijrah karena Ummu Qays).

Para sahabat pun bertanya kepada Rasulullah shallallahu alayhi wasallam perihal kelakuan pemuda itu. Beliau menjawab,

إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه

"Sesungguhnya amal-amal kebaikan itu tergantung dengan niatnya dan sungguh seseorang itu akan memperoleh sesuai apa yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya untuk mengharap ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya dihukumi sebagai hijrah yang mengharap ridha Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrah karena ingin meraup urusan dunia atau ingin menikahi perempuan, maka hijrahnya dihukumi sesuai dengan apa yang dia niatkan."

Jadi, niat yang ikhlas merupakan hal penting dalam kita melakukan kebaikan. Jangan sampai, pahala kebaikan kita hilang sia-sia karena munculnya riya (pamer) di dalam hati. Bahkan para ulama mengatakan bahwa orang riya, tidak hanya kehilangan pahala amal perbuatannya namun juga mendapat dosa besar. Sudah jatuh ditimpa tangga lagi.

Tak heran, dulu sebelum saya dan kawan-kawan berangkat ke Lebanon, salah satu Ustadz Alumni Lebanon menasehati kami.

"Ingat baik-baik ya, tujuan kalian ke Lebanon adalah untuk menimba ilmu Ahlussunnah Wal Jama'ah. Sehingga nantinya kalian bisa mengajarkan ilmu yang kalian peroleh kepada masyarakat. Kalian tidak usah belak-belok. Lurus saja. Pandang tujuan utama di depan, in sya’a Allah jodoh kalian aman. Karena nanti di Lebanon, akan banyak kalian jumpai wanita-wanita cantik. Sebagiannya bermata biru..."

Kemudian beliau diam sejenak. Lalu sedikit menyunggingkan senyum dan berkata, “Saya dulu kalau kuat maharnya, mungkin bawa empat dari sana."

"Emang maharnya berapa ustadz?" Tanya kami.

"Gak banyak sih, cuma rumah dan seisinya."

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYYAH 1442 H

Jabal Lubnan, 29  Dzulhijjah 1441 H

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: