Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Habib Zein Bin Smith, Kiblat Ulama Tasawuf Bani Alawi

Avatar photo
34
×

Habib Zein Bin Smith, Kiblat Ulama Tasawuf Bani Alawi

Share this article

Habib
Zein bin Smith merupakan seorang yang sangat fakih, rendah hati, zuhud
sekaligus seorang murabbi ruh.

Beliau
berjuluk Abu Muhammad, dan memiliki nama asli Zein bin Ibrahim bin Muhammad bin
Zein bin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ali bin Salim bin Abdullah
bin Muhammad Sumaith bin Ali bin Abdurrahman bin Ahmad bin Alawi bin bin Ahmad
bin Abdurrahman bin Alawi bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Kholi’ Qasam bin
Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin
Muhammad Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin
Ali Zainal Abidin yang merupakan keturunan dari Sayyidina Husein bin Fatimah
Az-Zahra binti Rasulullah Saw.

Habib
Zein bin Smith berasal dari Ahlu Bait Nabi, keturunan Sayyidina Husein as
cucu dari Rasulullah Saw. Beliau berpegang kepada thariqah Alawiyah, bermazhab
Syafi’i, beraqidah Asy’ari, dan termasuk ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah.

Habib
Zein dilahirkan di kota Jakarta pada tahun 1936 M, berasal dari keluarga yang
shalih dan menjaga nilai-nilai Islam. Sedari kecil, ayahandanya sering mengajak
dia menghadiri majelis-majelis keilmuan, khususnya majelis Habib Alawi bin
Muhammad Al-Haddad yang bertempat tinggal di kota Bogor.

Habib
Zein sangat giat dan semangat dalam menyerap ilmu yang disampaikan para gurunya,
terlebih ia begitu senang dalam menghadiri pembacaan maulid nabi yang sering
diadakan oleh Habib Alwi. Selain itu, Habib Zein juga menghadiri majelis
pengajian yang diadakan oleh Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi di Kuwitang.
Oleh karena itu, Habib Zein mendapatkan keberkahan dari karena selalu hadir
pada majelis-majelis gurunya.

 

Kisah
pembelajarannya dimulai sedari kecil, mempelajari berbagai macam ilmu seperti
cara membaca, menulis,  ilmu tajwid serta
talaqqi Al-Qur’an. Setelah umurnya mencapai 24 tahun, beliau melakukan perjalanan
ke negeri Hadhramaut untuk lebih memperdalam ilmu agama. Beliau bertempat
tinggal di kota Tarim, tempat yang terkenal dengan khazanah Islam dan
keilmuannya yang luas. Kota seribu wali itu telah melahirkan banyak para ulama
yang shalih dan tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Perjalanannya
dalam menuntut ilmu di Hadhramaut dimulai dari ribat Tarim yang didirikan oleh
Habib Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur, Habib
Abdullah bin Umar Asy-Syatiri dll. Di ribat tersebut ia bertalaqqi langsung
kepada Habib Muhammad bin Salim bin Hafizh sehingga ia mampu menghafal kitab
nadzom Shofw Az-Zubad karangan Imam Ibnu Ruslan dan kitab Al-Irsyad karangan
Imam Ibnu Muqri. Selain itu, ia juga mempelajari kitab Minhaj, Tasawuf,
Ilmu Falak, Nahwu, Sharaf dll.

Adapun
untuk ilmu Fikih, beliau mengambilnya dari Syekh Mahfuzh bin Salim Az-Zubaidi,
dan Syekh Salim Said Bukayyar Bagisan (Mufti Tarim). Dan untuk ilmu Nahwu,
Ma’ani, Bayan, beliau mengambilnya dari Habib Umar bin Alawi Al-Kaff.

Habib
Zein menempuh pendidikan di kota Tarim selama 18 tahun, seluruh waktunya
dihabiskan dan dipakai hanya untuk menuntut ilmu dan khidmah kepada para salafus
shalih. Sehingga, berkat kegigihannya selama masa pencarian, ia
dianugerahi ilmu yang luas dan diberikan derajat yang tinggi kalangan para
ulama. Setelah itu, ia mendapatkan mandat dan perintah dari gurunya yaitu Habib
Muhammad bin Salim bin Hafizh untuk pergi melanjutkan perjalanan menuntut ilmunya
ke kota Baidho yang berada di negeri Yaman bagian barat.

Dalam
perjalanannya ke kota Baidho, Habib Zein melewati kota Aden. Dan di kota
tersebut, beliau bertemu dengan salah satu sahabatnya, yaitu Habib Salim bin
Abdullah Asy-Syatiri. Kebetulan Habib Salim memiliki perpustakaan kitab-kitab
yang dipersilahkan untuk para penuntut ilmu yang ingin menelaah masalah-masalah
keilmuan di dalamnya. Habib Zein pun tertarik untuk kembali mengulang semua
ilmu yang telah di dapatkannya selama ini. Akhirnya ia dan Habib Salim bergelut
dalam diskusi sembari mengulang masalah-masalah fikih dan lain-lain.

Di kota
Baidho, ia bertempat tinggal di ribat yang diasuh oleh Habib Muhammad bin
Abdullah Al-Haddar yang merupakan Mufti di kota tersebut. Ia mendapat titah
untuk mengajar di ribatnya. Dengan penuh keikhlasan dan semangat yang membara,
Habib Zein akhirnya menunaikan amanat dari gurunya tersebut. Habib Muhammad
merasa sangat senang melihat kegigihan Habib Zein dalam menyampaikan ilmu,
hingga akhirnya Habib Muhammad menikahkan anak perempuannya dengan Habib Zein
sekaligus menjadikannya sebagai menantu. Kedekatan Habib Zein dengan Habib
Muhammad berlangsung dengan baik, sehingga seringkali ia kkerap menggantikan
Habib Muhammad ketika berhalangan untuk mengisi majelis-majelis keilmuan,
mengisi tanya jawab masalah fikih dan lain-lain. Bahkan dikatakan, “Apabila
Habib Zein telah menjawab maka tidak diperlukan lagi untuk mengulang masalah
tersebut.”

Habib
Zein bin Smith tinggal di kota Baidho selama 20 tahun, seluruh waktunya ia
pergunakan untuk berkhidmah kepada ilmu syar’i dan murid-muridnya. Ia telah
menjadi seorang mufti Syafi’i yang sangat dihormati dan dimuliakan. Telah
terlahir banyak cendikiawan Muslim dan Ulama shalih dari didikannya, tak lain
semua itu dihasilkan karena keikhlasan yang dimilikinya.

Setelah
21 tahun berada di kota Baidho, Hadhramaut-Yaman. Sang Habib melanjutkan
perjalanannya untuk berhijrah ke negeri Hijaz. Ketika sampai di negeri
tersebut, Habib Zein mendapatkan undangan untuk menghadiri pembukaan ribat
Sayyid Abdurrahman bin Hasan Al-Jufri yang berada di kota Madinah. Hingga
akhirnya, ia mendapatkan titah untuk kembali khidmah mengurusi ribat tersebut
bersama Habib Salim Asy-Syatiri. Mereka berdua berkolaborasi dan bekerjasama
dalam mengembangkan dan mendidik murid-murid di ribat tersebut. Setelah berlalu
12 tahun, Habib Salim terpaksa harus kembali ke Hadhramaut untuk berkhidmah di
ribat Tarim.

Walau
disibukan oleh kegiatan mengajar dan mengurusi umat, Habib Zein tak lupa juga
akan kewajibannya dalam menjaga wirid sehari-hari. Berdzikir pada sepertiga
malam tak pernah dilewatkannya, beliau selalu pergi tepat waktu untuk
menunaikan shalat Shubuh di Masjid Nabawi. Setelah itu, beliau akan kembali ke
ribat untuk mengajar hingga sebelum Isya. Selepas Isya beliau berziarah ke
kakeknya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Kemudian dilanjutkan untuk mengisi pengajian
dan majelis di berbagai tempat lainnya. Inilah kegiatan Sang Habib sehari-hari
yang tak pernah terlewatkan.

Habib
Zein telah menulis banyak karya selama perjalanannya dalam menuntut ilmu dan
khidmah kepada umat, di antara karyanya ialah: Al-Manhajus Sawi Syarh Ushul
Thoriqoh Saadah Baalawi, Al-Fuyudhotur Rabbaniyah min Anfasi Saadah Alawiyah,
Al-Futuhatul Aliyah fi al-Khutobi Mimbariyah, Hidayatut Tholibin fi Bayan
Muhimmah ad-Diin, Al-Ajwibatul Ghaliyah fi Aqidatil Firqotin Najiah, Hidayatu
az-Zairin ila ad-Iyati Ziaratin Nabawiyah wa Masyahidis Sholihin, Majmu,
Al-Fatawa al-Fiqhiyah, Sabata Asaaniduhu wa Syuhukhohu dll.

Tokoh
Pemikir Islam Sayyid Habib Abu Bakar Al-Masyhur mengatakan, “Dia adalah
seorang yang sangat alim, penjaga mazhab, ahli dalam bidang Nahwu dan berbagai
ilmu lainnya, arif dan senantiasa selalu mengajak kepada Allah Swt dalam setiap
nasihat-nasihatnya, seorang sufi berhati bersih, dan terpandang di kalangan
para salaf Baalawi.”

Dr.
Muhammad Hasan Hito (seorang yang faqih) mengatakan, “Dia adalah
Sayyid yang memiliki kecerdasan yang sempurna, ia juga seorang alim yang rendah
hati dan mengamalkan ilmu apa yang telah diketahuinya.”

Sayyid
Muhammad bin Abdullah Al-Haddar mengatakan, “Dia adalah Sayyid yang
mengajak kepada Allah, pemuda yang taat, selalu menjaga ibadahnya, seorang yang
dicintai oleh umat Muslim, dia adalah tuanku, kebanggaanku, pedomanku.”

Hingga
sekarang, Habib Zein bin Smith masih aktif dalam kegiatan mengajar, membantu
para muridnya, dan memberikan arahan akan hal-hal baik. Ia juga membuka majelis
fatwa untuk permasalahan-permasalahan fikih yang ditanyakan kepadanya dari
berbagai macam Negara, sering melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat
lainnya untuk menyebarkan risalah dakwah Nabi Muhammad Saw. Wallahu a’lam
bis Showab.

Kontributor

  • Faisal Zikri

    Pernah nyantri di Daarul 'Uulum Lido Bogor. Sekarang meneruskan belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman. Suka membaca, menulis dan sepakbola.