Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Fatwa

Tata Cara Shalat bagi Penderita Alzheimer

Avatar photo
226
×

Tata Cara Shalat bagi Penderita Alzheimer

Share this article
Mengalami kendala ingatan, apakah penderita Alzheimer tetap wajib melaksanakan salat?
Mengalami kendala ingatan, apakah penderita Alzheimer tetap wajib melaksanakan salat?

Penderita Alzheimer tidak jarang menghadapi situasi yang dilematis. Satu sisi dia harus mengerjakan salat, namun di sisi lain dia mengalami problem terkait ingatan dan kesadaran.

Dengan keadaan seperti itu, apakah penderita Alzheimer tetap wajib melaksanakan salat, atau gugur kewajiban tersebut darinya?

Menurut Daru Ifta Mesir, kewajiban ibadah dalam Islam selalu dikaitkan dengan kesadaran dan akal. Jika seorang muslim masih mampu memahami waktu dan ibadahnya, maka ia tetap wajib melaksanakan salat. Namun jika kesadarannya hilang karena penyakit, kewajiban itu gugur.

Kewajiban Salat Terikat dengan Kesadaran

Darul Ifta menegaskan, penderita Alzheimer yang masih sadar di sebagian besar waktunya tetap dibebani kewajiban syariat untuk melaksanakan salat seperti muslim berakal lainnya. Dia boleh memanfaatkan berbagai sarana bantu seperti perangkat elektronik atau sajadah pintar yang dapat mengingatkan dan membantunya dalam melaksanakan salat.

Lebih lanjut, Lembaga Fatwa Mesir itu menegaskan bahwa jika penyakit Alzheimer menguasai penderitanya sehingga ia kehilangan kemampuan membedakan dan memahami, maka kewajiban salat gugur darinya, sebab akal merupakan salah satu syarat taklif (beban hukum). Para ulama sepakat, dalam kondisi ini penderita tidak dituntut untuk mempertanggungjawabkan salat yang ditinggalkan.

Hukum Salat yang Terlewat

Jika penderita Alzheimer sembuh dan kembali mendapatkan kesadarannya, maka ia hanya wajib melaksanakan salat yang sedang berlaku (salat saat itu saja). Adapun salat-salat yang terlewat selama masa hilangnya kesadaran, tidak wajib untuk diqadha, baik sedikit maupun banyak, sesuai pendapat mayoritas ulama.

Pentingnya Peran Keluarga

Darul Ifta menekankan pentingnya peran keluarga dalam mendampingi penderita Alzheimer selama masa kesadarannya. Keluarga yang mendampingi bisa mengingatkan, membimbing, dan mendorongnya untuk melaksanakan salat sesuai kemampuannya. Semua ini perlu disampaikan tanpa harus memberi tekanan atau menimbulkan beban psikologis.

Kondisi fisik dan mental penderita Alzheimer benar-benar harus diperhatikan. Ia tidak dibebani dengan hal-hal di luar kemampuannya, melainkan diberikan keringanan sesuai kapasitasnya. Hal ini mencerminkan rahmat dan kemudahan yang diajarkan dalam Islam.

Hal ini sejalan dengan kaidah syariat:

لا تكليف إلا بمقدور

“Tidak ada kewajiban kecuali sesuai kemampuan.”

Artinya, penderita Alzheimer hanya dibebani dengan hal-hal yang sanggup ia lakukan. Inilah gambaran nyata dari kelapangan dan toleransi syariat Islam dalam menghadapi kondisi khusus.

Fatwa dari Darul Ifta Mesir ini mengingatkan kita bahwa syariat Islam senantiasa memperhatikan kondisi kesehatan dan akal seorang muslim. Diberikan keringanan bagi orang sakit untuk salat sambil duduk atau berbaring jika tidak mampu berdiri.

Begitu pula dengan penderita Alzheimer. Dia diperlakukan dengan prinsip yang sama. Dia tetap diwajibkan salat selama masih mampu memahami, dan gugur kewajibannya saat kesadaran hilang. Inilah salah satu wujud nyata dari prinsip taysir (kemudahan) yang menjadi dasar agama Islam.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.