Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Ibadah

Gaya Makan Sesuai Sunnah Nabi

Avatar photo
48
×

Gaya Makan Sesuai Sunnah Nabi

Share this article

Maulana Syekh Yusri Rusydi al-Hasani hafizhahullah mendapatkan pertanyaan seputar larangan memakan protein hewani karena berbahaya.

Bagaimana dengan ajakan sebagian orang di masa lampau ataupun modern untuk tidak makan sesuatu hewani termasuk susu dan berbagai bahayanya, sehingga hanya makan nabati? 

Berikut jawaban Maulana Syekh Yusri Rusydi al-Hasani hafizhahullah:

Demi Allah, kita mengikuti sunnah Sayyiduna Nabi Muhammad saw., memakan semua jenis makanan. Bahkan beliau menganggap bahwa daging merupakan sayyid (penghulu atau paling utama) makanan.

Tapi berlebihan dalam jenis makanan apapun membuat ketidakseimbangan dalam diri.

Beliau berpesan, tidak usah makan daging tiap hari dan jangan juga meninggalkannya sama sekali.

Sayyiduna Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Meninggalkan daging membuat seseorang bertabiat buruk. Dan kebanyakan makan daging membuat hati keras.”

Makan daging diposisikan seperti mengkonsumsi obat, sekali dalam sepekan atau hari raya saja. Itu bagus sekali.

Sementara orang-orang yang mengajak untuk melakukan hal itu (meninggalkan makanan hewani), maka kamu kembali saja pada sunnah Nabi.

Orang-orang banyak bicara dan berpendapat,  tapi kamu rujuklah pada Sayyiduna Nabi Muhammad: apa yang beliau lakukan?

Tidak mestilah kamu ikut semua orang yang pembicaraan dan pemikirannya justru mengeluarkanmu dari sunnah Nabi.

Adapun sunnah Nabi adalah sebagai berikut;

1. I’tidal (seimbang) dalam semua.

2. Nabi tidak makan kecuali sudah lapar.

3. Apabila makan, beliau berhenti sebelum kenyang.

4. Beliau memakan apa yang beliau sukai.

5. Beliau meninggalkan yang tidak disukai tanpa bicara (komentar), tidak pernah mencela makanan.

6. Beliau memakan yang baik yaitu makanan halal.

7. Beliau memakan yang indah. Pernah suatu kali dihidangkan kepadanya dhab (bentuknya seperti kadal) tapi besar, sesuatu yang membuat tidak nyaman. Beliau bersabda, “Aku tidak bisa, karena tidak ada di kawasanku.” Sayyiduna Khalid bin al-Walid makan di depan beliau karena itu halal, tapi Nabi tidak memakan sesuatu yang mirip hal yang menjijikkan.

Maksudnya, ada beberapa makanan halal tapi menjijikkan bagi sebagian orang.

Belut bagiku menjijikkan, tapi ayahku rahimahullah memakannya, sampai aku mengatakan pada ibuku agar “tidak menyendokkan makanan untukku dengan sendok yang digunakan menyendok ikan itu.

Bagiku belut bagai babi, tidak masalah untuk tidak makan yang tidak kamu sukai, cuma jangan mencela.

Nabi Muhammad saw. memakan apa-apa yang disukai beliau. Dan jika tidak suka, maka beliau tidak memakannya dan tidak mencela.

8. Ketika makan, makanlah yang tersedia dan mudah diperoleh, tidak memerlukan pengorbanan yang banyak. Itulah yang sehat.

9. Konsumsi makanan yang bahan-bahannya tidak sukar, maksudnya tidak terdiri dari bahan makanan yang beraneka macama, juga berbagai tambahan dan cara pengolahan yang sulit. Seperti dipanaskan sebentar, terus dibalik, dibiarkan beberapa waktu lalu kecilkan api dan seterusnya. Hal seperti itu tidak disukai Nabi.

10. Beliau menyukai makanan yang bahan pembuatannya ringan dan mudah.

11. Kemudian beliau menyukai makanan yang dikonsumsi dengan mudah; tanpa memerlukan obat dan lain-lain supaya bisa dicerna dalam perut.

Begitulah sunnah Nabi dalam makanan.

Terakhir, Syekh Yusri berpesan agar jangan menghiraukan ajakan-ajakan seperti isi pertanyaan di atas. Tidak semua yang dikatakan orang, harus kamu ikuti. Kita hidup di zaman ketika semua orang bebas berkomentar. Tapi kamu punya acuan pertimbangan, yaitu Sayyiduna Nabi Muhammad saw.

Ketika kamu melihat seseorang berbicara, maka lihatlah apa yang dilakukan oleh Sayyiduna Nabi. Merujuklah pada beliau, niscaya dirimu akan tenang.

~ Faedah dars jum’at siang, 5 Februari 2021M.

Kontributor

  • Hilma Rosyida Ahmad

    Bernama lengkap Ustadzah Dr. Hilma Rasyida Ahmad. Menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Beliau juga salah satu murid Syekh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani asy-Syadzili.