Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Ramadan Bersama Imam Akbar: Upaya Merajut Kembali Persatuan yang Telah Lama Hilang

Avatar photo
136
×

Ramadan Bersama Imam Akbar: Upaya Merajut Kembali Persatuan yang Telah Lama Hilang

Share this article
Ramadan Bersama Imam Akbar: Upaya Merajut Kembali Persatuan yang Telah Lama Hilang
Ramadan Bersama Imam Akbar: Upaya Merajut Kembali Persatuan yang Telah Lama Hilang

Tidak ada yang mengingkari bahwa Ramadan merupakan momen tahunan bagi umat islam untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, serta merajut kembali hubungan baik terhadap sesamanya.

Momen merajut kembali persatuan ini lah yang pertama kali terlintas di benak saya ketika menyaksikan episode perdana serial Ramadan Grand Syekh Al Azhar, Imam Akbar Syekh Ahmad Thayyib tahun ini (1446 H). Walau sebenarnya, tema utama serial Ramadan kali ini tetap membahas makna Asmaul Husna, sebagai lanjutan dan penyempurna dari serial Ramadan edisi sebelumnya (1445 H). Momen ini juga, yang selama sebulan ke depan akan menemani puasa ke empat saya di negeri Mesir, sambil mengabadikannya menjadi sebuah coretan sederhana dengan tajuk “Ramadan Bersama Imam Akbar”.

Membaca sosok Imam Akbar sendiri bagi saya merupakan sebuah seni yang begitu indah dan pengamalan yang begitu mengasyikkan. Membacanya tidak hanya sebatas membaca seorang yang saat ini menduduki posisi tertinggi di salah satu institusi tertua di dunia dan sakral itu. Akan tetapi, lebih dari itu, membaca Imam Akbar berarti membaca seorang Syaikhul Islam yang memiliki kedalaman ilmu, keluhuran spiritual, dan kemuliaan akhlak, sebagaimana pendapat Syekh Al Qushi dalam salah satu bukunya.

Ada beberapa poin menarik yang disampaikan Imam Akbar pada videonya yang berdurasi 12 menit itu. Salah satunya, terkait seruannya akan persatuan umat, yang harus dimulai terlebih dahulu oleh persatuan para ulamanya. Dalam artian, para ulama mempunyai peran yang sangat signifikan dalam membangun kesadaran umat tentang pentingnya persatuan dan menyatukan tujuan. Sebab, kesadaran ini tidak akan lahir, jika ulamanya sendiri masih enggan memperjuangkan nilai-nilai tersebut.

Selain itu, Imam Akbar juga mewanti-wanti akan pentingnya sebuah dialog. Sebab, baginya perdamaian atau upaya mendekatkan hubungan antara Islam, dunia Arab, dan dunia Barat tidak akan terjalin, jika antar sesama umat Islam sendiri masih enggan untuk berdialog.

Lebih lanjut, Imam Akbar juga menekankan pentingnya mengutamakan kewajiban umat dibandingkan kewajiban terhadap mazhab. Baginya, tidak masuk akal jika amanah berpegang teguh terhadap mazhab jauh lebih besar dan lebih mengikat dibandingkan dengan amanah menjaga persatuan, serta melindungi kehidupan diri sendiri dan kehidupan umat. Oleh karena itu – masih menurutnya – wajib mendahulukan kepentingan umat sebelum kepentingan mazhab, walaupun keberadaan mazhab tetap diterima, selama tidak menjadikannya fanatisme buta.

Pada akhirnya, tujuan umat dan kesatuan umat posisinya lebih tinggi dan lebih diprioritaskan daripada sekadar kewajiban bermazhab yang hanya sebatas parsial. Mungkin, ini kalau dalam dunia sepak bola mirip dengan ungkapan legendaris Sir Alex Ferguson “No one’s bigger than the club”. Sekian.

Kontributor

  • Abul Ala Nawawi

    Santri Lirboyo yang sedang tabarukan di Universitas al-Azhar. Seorang Nakama dan Madridista yang suka menikmati senja. Dapat dihubungi melalui IG: @abungnawawi.