Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Esai

Relasi Iman dan Amal Shaleh

Avatar photo
33
×

Relasi Iman dan Amal Shaleh

Share this article

“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan karena
keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh
kenikmatan.”
(QS. Yunus: 9)

 

Ayat Al-Quran di atas menjelaskan bahwa orang yang
beriman
dan beramal shaleh akan selalu dituntun oleh petunjuk Allah SWT dalam setiap
langkahnya. Gerak hidupnya akan selalu dihiasi hidayah dan keagungan yang
mengalir penuh dengan keberkahan dan kekhusyuan.

Dalam kitab Tafsir
Al-Munîr,
Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bant
ani
menafsirkan ayat tersebut
dengan sangat menarik. Bagi beliau, yang dimaksud dengan orang beriman dalam
ayat di atas adalah mereka yang selalu menyibukkan hati dan nafasnya untuk
menghasilkan makrifat (pengetahuan) tentang Allah SWT. Sedangkan mereka yang
beramal
shaleh
adalah orang yang selalu menyibukkan anggota tubuhnya untuk khidmat
kepada Allah SWT. Matanya digunakan untuk melihat dan mengambil hikmah dari
kehidupan. Telinganya sibuk mendengarkan kalam Allah SWT, lisannya sibuk berdzikir,
dan seluruh anggota tubuhnya sibuk untuk terus meningkatkan cahaya ketaatan
kepada Allah SWT.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukâsyafatul Qulûb menjelaskan, bahwa iman selalu membenarkan
terhadap keesaan Tuhan, juga dengan segala yang datang dari Nabi Muhammad SAW,
dengan selalu menambah amal kebaikan. Bagi Imam Al-Ghazali, iman dan amal
shaleh menjadi definisi dasar umat Islam dalam pentas kehidupannya mencipta
kemaslahatan dan kedamaian.

Iman memang menjadi kekuatan yang sangat istimewa
dalam diri setiap muslim. Dengan iman yang teguh, seseorang akan mendapatkan
cahaya ketuhanan yang terus memancar dalam setiap gerak hidup yang dijalankan.
Tidak salah kalau sebagian besar ulama mendefinisikan iman sebagai pembenaran
dengan hati (tashdîq bi al-qalb),
membeberkan dengan lisan (tashrîh bi
al-lisân
), dan menjalankan dengan perbuatan (amal bi al-arkân). Dengan hati yang teguh, maka lahirlah lisan yang
tangkas dan perbuatan yang efektif dan visioner.

Oleh karenanya, selain tidak bisa melupakan Allah
SWT sedetik pun dalam hidupnya, orang beriman juga akan selalu beramal shaleh
yang efektif dan visioner untuk kemanfaatan setiap manusia. Sekejap pun tidak
bisa melewatkan hidup tanpa Tuhan, dan sedetik pun tak mau lalai untuk selalu
membahagiakan dan menyenangkan saudaranya.

Basis keimanan inilah yang dibangun Nabi Muhammad
SAW dengan penuh kesabaran ketika mendakwahkan Islam di Mekah. Nabi Muhammad SAW
menggembleng dan membekali umatnya dengan keyakinan yang teguh dalam meyakini
Islam dan memperjuangkan kemaslahatan di muka bumi. Para sahabat pun, kalau
kita lihat, menjadi teman karib Nabi Muhammad SAW yang sangat setia dan loyal
dalam memperjuangkan Islam. Tak salah kemudian kalau Nabi Muhammad SAW selalu
memuji keimanan para sahabatnya.

Keberanian dan tekad yang bulat dari para sahabat
inilah yang menjadi basis keimanan yang kukuh dan menghasilkan amal shaleh yang
selalu bermanfaat bagi sesama. Salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW adalah Abu
Bakar Ra. Selain beriman secara teguh, beliau juga mempunyai basis ilmu
pengetahuan yang mendalam. Hingga keimanan beliau berkembang menjadi amal
shaleh, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sayangnya, belakangan ini amal perbuatan sebagian
umat seringkali dilandaskan pada basis keimanan dan pengetahuan yang dangkal,
sehingga perbuatan yang dijalankan seringkali terjebak dalam ritual yang formal
semata. Akhirnya mereka banyak terjebak pola keimanan yang parsial, hanya
sesuai dengan tafsir yang mereka pegangi saja. Kadang- kadang, keimanan yang
dangkal dan parsial semacam ini juga menghasilkan sikap benar sendiri, atau
juga bahkan anarkis sembari menyalahkan orang lain secara asal-asalan.

Tafsir dangkal atas iman dan amal shaleh pastilah
menghasilkan pola kehidupan yang dangkal dan seremonial. Dalam ajaran jihad,
misalnya, keimanan justru diarahkan sebagai tekad bulat dalam melakukan teror,
kekerasan, bahkan bom bunuh diri. Bahkan mereka sangat bangga dengan
keimanannya ketika bisa membuktikan lewat cara yang anarkis seperti itu. Hal
ini jelas merupakan sebuah pendangkalan.

Dari sini, iman tidaklah cukup diyakini saja.
Tetapi juga harus disirami dengan pengetahuan yang mendalam dan cahaya kearifan
yang menyejukkan. Lihatlah keimanan sahabat Umar bin Khattab Ra. yang sangat
teguh dan kuat. Tetapi beliau juga sangat rasional menjelaskan keimanan dan
ajaran ritual, di samping juga cahaya kearifan yang selalu memancarkan dalam
dirinya. Ketika menjadi khalifah, selain dikenal tegas sahabat Umar ra. juga
penuh kasih sayang kepada warganya yang miskin dan terbelakang.

Orang yang beriman sekaligus berpengetahuan jauh
akan lebih hebat daripara orang yang hanya sekadar beriman. Karena pengetahuan
akan menjadikan bobot keimanan semakin kukuh, tidak bertindak secara
asal-asalan, dan selalu mendahulukan kemaslahatan publik. Pengetahuan
menjadikan iman dan shaleh akan semakin meneguhkan kemaslahatan yang bisa
dinikmati oleh semua.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa, berpikir
sesaat lebih baik daripada beribadah seribu tahun. Dalam konteks di atas,
tidaklah cukup keimanan hanya menjalankan ritual dan ajaran formal, tetapi juga
harus dipenuhi dengan permenungan, analisis, dan tafsir yang mencerahkan.

Menurut Syaikh Utsman Al-Khubary, Hadis Nabi di
atas justru menandaskan bahwa iman haruslah dibarengi pemikiran dan pengetahuan
yang cukup, sehingga melahirkan amal shaleh yang progresif dan visioner. Karena
pemikiran yang jernih dan mencerahkan pastilah dihasilkan oleh ketenangan hati
yang selalu hadir untuk berdzikir kepada Allah SWT. Hati yang tenang akan
mengarahkan sebuah gerbong pencerahan dan menggerakkan amal perbuatan yang
terus mengalir penuh kesejukan dan kedamaian. Sebaliknya, hati yang keruh,
hanya menjadikan ajaran Islam menjadi bringas, kasar, dan mudah marah.

Ajaran Islam yang didakwahkan Nabi Muhammad SAW
sangat toleran dan penuh kedamaian. Keimanan yang dilecutkan Nabi Muhammad SAW
kepada umatnya adalah keimanan yang teguh membela kebenaran dengan   jernih   
dan    penuh    ketulusan. Dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad
SAW tidak menghasilkan suasana menjadi keruh, ricuh, dan penuh teror. Tetapi
yang tercipta adalah suasana yang sejuk, nyaman, dan terasa menyegarkan.

Iman hadir dengan sejuk bersama hidayah. Amal
shaleh akan terus menghiasi kehidupan kaum beriman. Iman dan amal shaleh
berjalan beriringan membawa kemanfataan dan kemaslahatan. Iman dan amal shaleh
menjadikan watak umat Islam selalu memberi, berderma, dan menjalin
persahabatan. Saatnya umat Islam menjadi teladan dalam berdakwah di masyarakat,
memelopori gerakan yang membela sanubari kemanusiaan dan kebajikan dan terus
mengobarkan mata air kearifan untuk menentramkan tata kelola kehidupan dan
kebijakan.

Kontributor

  • Muhammadun AS

    Dosen STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta, alumni Pesantren Guyangan Pati, Pesantren Sunan Ampel Jombang, dan Pesantren Mahasiswa Wahid Hasyim Yogyakarta.